Review Zanna: Whisper of Volcano Isle: Sangat Cocok Jadi Tontonan Anak-Anak dan Keluarga

Baba Qina - Sabtu, 4 Januari 2025 08:26 WIB
Review Zanna: Whisper of Volcano Isle: Sangat Cocok Jadi Tontonan Anak-Anak dan Keluarga

Geliat film animasi Indonesia beberapa tahun belakangan ini memang semakin merebak seiring dengan kemajuan teknologi digital di seluruh dunia. Para animator lokal pun berlomba-lomba membuat karakter animasi khas seperti Si Juki, Adit Sopo Jarwo, dan sebagainya demi bisa menarik minat pembaca komik, penikmat konten sosial dalam bentuk meme maupun film animasi.

Kini, rumah produksi MNC Pictures coba menawarkan produk animasi terbaru mereka yang berjudul Zanna: Whisper of Volcano Isle. Film animasi ini mengikuti kisah Zanna (Ayla Nurshabrina), seorang gadis muda dengan rasa ingin tahu yang besar dan keberanian luar biasa. Suatu hari, ia mendapati dirinya berada di Volcano Isle, sebuah dunia sihir yang indah namun penuh tantangan.

Zanna yang kebingungan lantas bertemu dengan dua peri bernama Dinda (Ghea Indrawari) dan Novi (Brooklyn Alif Rea). Kedua peri tersebut pun membantu Zanna yang tak punya sayap, terbang menuju aula kerajaan peri untuk bertemu ratu para peri, Zonda. Dalam perjalanan ajaibnya, Zanna juga bertemu dengan makhluk antropomorfik yang menarik. Di antaranya adalah Drako, si kadal terbang yang lucu, dan Atlas, pemimpin pasukan kumbang jahat.

Zanna pun segera menyadari bahwa dunia sihir ini tidak hanya menawarkan keajaiban. Sebuah ancaman besar muncul dari Atlas yang berambisi menguasai Volcano Isle hingga menebar teror dengan kekuatan gelapnya.

Tentunya merupakan sebuah hal yang menggembirakan bagi industri perfilman Indonesia tatkala genre, medium, cerita, serta segmentasi dalam film-film Indonesia menjadi semakin beragam. Film Zanna: Whisper of Volcano Isle ini menawarkan hal tersebut dalam sebuah genre animasi dengan pangsa pasar spesifik untuk anak-anak dan keluarga.

Sebagai sebuah film animasi, Zanna: Whisper of Volcano Isle memang masih memiliki banyak kekurangan dalam tampilannya, apalagi jika dibandingkan dengan film-film animasi produksi Hollywood, Prancis atau bahkan Tiongkok. Akan tetapi, harapan akan munculnya film animasi Indonesia yang bagus secara kualitas animasi dan secara penceritaan boleh jadi akan semakin berkembang seiring tayangnya film-film animasi lokasl di bioskop Indonesia.

Secara kualitas cerita, film yang naskahnya ditulis oleh Doug Sinclair ini memang sangat spesifik khusus untuk anak-anak dengan seluruh anggota keluarga. Namun, kepolosan karakter dan cerita yang terkandung di filmnya sendiri tidak membuat penonton dewasa atau orang tua yang menemani anaknya menonton merasakan kebosanan karena filmnya sendiri ternyata memiliki beberapa adegan aksi yang seru yang didominasi oleh aksi kejar-kejaran.

Sang sutradara, Larry Whitaker sepertinya memang mengarahkan film ini dengan template film anak sebagai segmen penontonnya, dan itu bisa dikatakan berhasil. Larry benar-benar memaksimalkan para karakternya di dalam sebuah naskah yang ringan dan memadukannya dengan kualitas produksi yang, walaupun masih pemula dalam genre animasi, namun patut diapresiasi.

Dari departemen pengisi suaranya pun tidak ada masalah yang berarti, kecuali mungkin inkonsistensi dialog yang terasa canggung di beberapa bagian. Akan tetapi, mungkin memang itu adalah apa yang tertulis di naskah. Namun, alangkah baiknya bila sang pengisi suara, saat sedang merekam suara juga memahami dialog-dialog dan merevisi sendiri agar konsistensinya terjaga.

Apapun itu, film animasi Zanna: Whisper of Volcano Isle ini tetaplah patut diapresiasi karena merupakan pertanda baik bagi industri film Indonesia yang semakin beragam. Meski ceritanya terlampau ringan, namun film animasi ini tidak melenceng jauh dari sasaran utamanya yakni penonton anak-anak yang ingin menghabiskan waktu menonton film di bioskop bersama keluarganya.