Review Wolf Man: Seru dan Menegangkan dari Awal sampai Akhir

Blake, seorang suami dan ayah dari San Francisco, mewarisi rumah masa kecilnya yang terpencil di pedesaan Oregon setelah ayahnya sendiri menghilang dan dianggap telah meninggal. Dengan pernikahannya dengan istrinya yang berkuasa, Charlotte yang mulai renggang, Blake membujuk Charlotte untuk beristirahat dari kota dan mengunjungi properti itu bersama putri kecil mereka, Ginger.

Pada malam hari, mereka diserang oleh binatang yang tak terlihat dan, dalam pelarian yang putus asa, membarikade diri mereka di dalam rumah saat makhluk itu berkeliaran di sekeliling. Namun, seiring berjalannya malam, Blake mulai berperilaku aneh, berubah menjadi sesuatu yang tidak dapat dikenali, dan Charlotte akan dipaksa untuk memutuskan apakah teror di dalam rumah mereka lebih mematikan daripada bahaya di luar.

Kisah di atas tersaji dalam produksi terbaru Universal Pictures berjudul Wolf Man. Menurut penulis, setidaknya ada tiga alasan yang membuat film ini menarik. Pertama, sang sutradara Leigh Whannell terlihat sekali mencoba berinovasi dengan menampilkan sosok manusia serigala yang dirancang memiliki ciri unik yang tetap mempertahankan karakteristik seorang manusia.

Hal tersebut menambah kompleksitas emosional manusia serigala itu, terutama ketika muncul dilema moral apakah ia harus memangsa manusia atau tidak. Kedua, adegan transformasi sang karakter utama menjadi manusia serigala juga menjadi salah satu momen yang layak sobat teater nantikan. Menurut penulis, tim efek visual dan CGI Wolf Man terbilang sukses menciptakan transformasi yang amat detil, yang dijamin bakal membuat takjub dan memanjakan mata penontonnya.

Ketiga, dari segi tempo bercerita, Wolf Man juga terbilang sangat efektif alias tidak bertele-tele. Dari awal sampai akhir, sobat teater dijamin bakal dibikin tegang nyaris tanpa jeda. Jadi, bagi kalian masih mencari inspirasi untuk nonton apa weekend ini, film tersebut layak jadi pilihan.