Review Winnie the Pooh: Blood and Honey 2: Sadis, Brutal dan Sulit Ditebak

Tim Teaterdotco - Jumat, 5 Juli 2024 08:16 WIB
Review Winnie the Pooh: Blood and Honey 2: Sadis, Brutal dan Sulit Ditebak

Kuning, imut, ceria, selalu memakai baju berwarna merah, dan selalu ada madu di tangannya. Bisa tebak siapa dia? Ya, dialah Winnie the Pooh! Si manis yang super menggemaskan ini tentu tidak asing lagi bagi kita. Lalu bagaimana jadinya jika karakter nan menggemaskan ini berubah menjadi sebuah karakter yang menyeramkan?

Kira-kira itulah premis yang coba ditawarkan oleh film berjudul Winnie the Pooh: Blood and Honey 2 yang merupakan sekuel dari film pertamanya yang dirilis dua tahun yang lalu. Winnie the Pooh: Blood and Honey 2 melanjutkan kisah Christopher Robin (Scott Chambers) serta teman-temannya yang mengalami serangan mematikan dari Winnie the Pooh (Ryan Oliva) dan Piglet (Eddy MacKenzie) di Hutan Seratus Ekar. Christopher Robin menjadi satu-satunya orang yang berhasil selamat dan melarikan diri ke Ashdown.

Sementara itu, di Hutan Seratus Ekar, Winnie the Pooh dan Piglet terpaksa bersembunyi bersama Tigger (Lewis Santer) dan Owl (Marcus Massey) serta beberapa makhluk lainnya karena ada beberapa orang yang benar-benar memercayai cerita dari Christopher. Dan benar saja, orang-orang dari Ashdown silih berganti menyambangi hutan untuk memburu Pooh dan kawan-kawan. Owl lantas mencoba meyakinkan si beruang madu untuk menyerang kota tersebut ketimbang hanya menunggu lebih banyak orang datang ke hutan.

Seperti film pertamanya, sosok Pooh yang brutal dan buas tetap menjadi senjata utama dalam film Winnie-the-Pooh: Blood and Honey 2 ini. Hal tersebut sudah terasa sejak materi promosi film ini keluar, yang menampilkan sosok Pooh yang nampak mengerikan dan terasa misterius. Setelah cukup bosan dengan banyaknya film slasher yang menyajikan pembunuh misterius yang cukup mainstream, melihat karakter Pooh membabi buta menghajar siapapun di sini, tentu bukanlah sebuah pilihan buruk bagi sobat teater.

Lantas, yang membuat penulis tertarik dengan film Winnie the Pooh: Blood and Honey 2 ini tentu saja adalah premis yang menggiring cerita yang mungkin pernah menemani masa-masa kecil kita, menjadi sebuah cerita bernuansa gelap. Film ini seakan-akan juga menjawab sebuah pertanyaan kelam berbunyi "Bagaimana jika Christopher Robin meninggalkan Pooh dan kawan-kawan secara tidak baik?", dan film ini pun akan menjawab pertanyaan tersebut secara gamblang.

Lalu, apa jadinya jika film slasher tidak memiliki level kesadisan yang tinggi? Nah, tenang saja, karena Winnie the Pooh: Blood and Honey 2 akan tetap menyajikan kesadisan dan killing scene yang tidak dapat ditebak, bahkan penulis pun hampir selalu gagal dalam menebak bagaimana Pooh dan rekan-rekannya akan membunuh mangsa-mangsanya.

Namun, alur yang sangat cepat rupanya menjadikan Winnie the Pooh: Blood and Honey 2 ini tidak memiliki pegangan kuat atas pondasi ceritanya. Selaku sutradara, Rhys Frake-Waterfield nampak kebingungan tatkala membuat konflik demi konflik terus bermunculan, sehingga dengan susah payahnya ia berusaha untuk mengambil remahan konflik yang sudah tercecer pada babak awal lalu menaruhnya pada babak selanjutnya. Menjadikan konflik pada babak berikutnya tersebut terkesan dipaksakan dan terasa seperti berulang-ulang.

Tapi, tetap saja, jika sobat teater hanya ingin mencari tontonan hiburan yang fresh, maka film ini patut dicoba. Apalagi jika sobat teater mengikuti film pertamanya. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada film ketiganya kelak yang akan melahirkan semesta film Pooniverse.