Review Wanita Ahli Neraka: Hembuskan Angin Segar di Industri Horor Indonesia

Baba Qina - Sabtu, 16 November 2024 09:27 WIB
Trailer Film Wanita Ahli Neraka

Lima tahun lalu, sinema tanah air pernah dikejutkan oleh sebuah film berjudul Mantan Manten yang menawarkan premis berbeda. Kala itu, Mantan Manten membuktikan bahwa tema atau cerita yang diangkat dalam film-film nasional kita kini semakin beragam saja. Satu nama yang patut dipuji dari film itu tentu saja adalah Farishad Latjuba yang merupakan sutradara filmnya. Kini, ia coba untuk menawarkan genre lainnya kepada penonton Indonesia, yakni horor, dalam sebuah film bertajuk Wanita Ahli Neraka.

Film Wanita Ahli Neraka akan mengikuti karakter bernama Farah (Febby Rastanty). Farah sendiri adalah seorang santri yang tekun dan rajin beribadah. Kemudian, Farah memutuskan untuk menikah dengan seorang pria bernama Wahab (Oka Antara). Perjalanan pernikahan mereka pun awalnya berjalan baik.

Farah yang memiliki prinsip untuk berbakti pada suami ini bertekad untuk mendapatkan kunci surga dengan menjadi istri yang baik dalam rumah tangganya. Namun, ia mendapatkan berbagai cobaan lantaran sang suami malah melakukan perjanjian dengan iblis agar tercapai segala mimpi-mimpinya.

Menyadari hal tersebut, Farah menjadi sangat terkejut dan tak menyangka bahwa dirinya terlibat dalam membantu perjanjian sakral dengan iblis yang dilakukan oleh suaminya itu. Ambisi Farah untuk mendapatkan surga dari suami malah mendapatkan neraka dari suaminya sendiri.

Well, bagi penulis, salah satu penyebab stagnasi kualitas horor lokal adalah perihal referensi. Entah disengaja demi memenuhi selera pasar, atau memang banyak sineas kita yang miskin tontonan, apa pun ceritanya, hasil akhirnya nampak seragam. Walau belum serevolusioner pendahulunya, Wanita Ahli Neraka juga berangkat dengan semangat serupa, yakni memodifikasi formula usang horor Indonesia.

Beberapa bagian dalam film Wanita Ahli Neraka ini bisa dikatakan cenderung tampil konvensional. Kombinasi efek praktikal dan CGI yang tersaji apik, serta kelihaian Farishad Latjuba dalam mengolah latar sempitnya agar tak terkesan monoton boleh kita berikan apresiasi. Namun, secara bentuk, filmnya masih berkutat di pemandangan familiar saat karakter utamanya terus berusaha kabur dari teror gaib.

Walau tak sampai membuat filmnya melelahkan, beberapa momen yang bergulir terlalu lama berujung mengurangi intensitas yang seharusnya terus mencengkeram dan jadi senjata utama film ini. Mungkin Farishad harus sedikit belajar dengan seorang sineas bernama Charles Gozali jika ingin mengeksekusi horor semacam ini.

Ya, judul-judul horor Indonesia spesial seperti Qodrat dan Pengabdi Setan memang hanya lahir beberapa tahun sekali. Tapi dipandang sebagai karya yang berdiri sendiri, Wanita Ahli Neraka setidaknya bisa cukup membuktikan kapasitas Farishad Latjuba dalam menghembuskan angin segar di industri horor Indonesia.