Review Wakaf: Ketika Keserakahan Berujung Petaka

Baba Qina - Sabtu, 28 Oktober 2023 14:48 WIB
Review Wakaf: Ketika Keserakahan Berujung Petaka

Sobat teater pasti sudah sering mendengar kata atau istilah wakaf? Biasanya pengertian wakaf dipahami sebagai sebuah bentuk penyerahan harta kepada pihak lain. Meskipun sering didengar, masih ada beberapa yang belum mengetahui pengertian wakaf secara mendalam. Pasalnya, wakaf tidak semata-mata tentang penyerahan kepemilikan harta kepada pihak lain saja. Ada hukum dan syarat yang harus diterapkan agar wakaf bisa dibilang sah.

Sineas Adi Garin lalu mengangkat perihal wakaf tersebut ke dalam sebuah film horor berbau religi yang berjudul singkat, Wakaf. Film Wakaf sendiri menceritakan tentang Nata (Julian Kunto) yang memiliki dua anak bernama Delia (Putri Delina) dan Farhan (Yusuf Al Lampungi), yang menjadi saksi dari timbulnya ambisi keji di antara orang tua mereka. Pasalnya, Nata berseteru untuk memperebutkan tanah wakaf milik ayah tirinya, Amrullah (Yan Widjaya) yang di atasnya berdiri sebuah mushola yang telah diniatkan untuk kemaslahatan warga kampung.

Namun, karena keserakahan Nata dan atas provokasi sang istri untuk menguasai tanah wakaf ayah tirinya itu, Nata akhirnya meminta pertolongan dari jin dan kekuatan gaib untuk menghabisi satu per satu keluarganya, termasuk ayah tirinya. Kekuatan kelam dari bangsa jin akhirnya turut campur di bawah perantaraan Ki Japa (Egi Fedly) dan di situlah pertumpahan darah tidak terelakkan.

Teror demi teror lalu merebak akibat satu dosa besar. Bahkan anaknya sendiri, Delia harus menanggung akibat dari ulah orang tuanya. Lalu, siapakah dalang sesungguhnya di balik kekacauan dan tercemarnya kemuliaan amanah wakaf yang sampai membuat Delia dirasuki Jin bernama Anzar?

Entah dari bagian mana penulis harus memulai review ini, karena sedari awal pasti sobat teater pun sudah bisa menebak akan ke mana arah film ini. Tak adanya backstory yang kuat di awal film menjadi alasan utama mengapa film ini sudah rusak sedari awal. Ditambah lagi banyaknya scene yang muncul tiba-tiba setelah perpindahan scene sebelumnya.

Menarik sebenarnya kala film ini ingin mengangkat sebuah film horor dari tinjauan agama. Tapi saat cerita semakin berjalan, ternyata unsur relijiusitas tadi semakin tidak ada pengaruh dan efek apapun ke jalan cerita utamanya. Murni hanya sebagai tempelan semata. Belum lagi ketika bicara teknis, makin menuju ending, editing yang ditampilkan seolah hanya ingin berkejar-kejaran dengan durasi filmnya saja. Layaknya FTV azab yang sering tampil di layar televisi tanah air.