Review Venom: The Last Dance: Seri Penutup yang Memuaskan

Baba Qina - Senin, 28 Oktober 2024 08:10 WIB
Review Venom: The Last Dance: Seri Penutup yang Memuaskan

Salah satu film superhero paling dinanti tahun ini, Venom: The Last Dance, sudah tayang di bioskop seluru Indonesia. Pada angsuran ketiga ini, Eddie Brock/Venom (Tom Hardy) harus berhadapan dengan ancaman baru yang lebih kuat dari sebelumnya.

Ancaman tersebut adalah sebuah organisasi jahat yang berusaha menguasai kekuatan symbiote dan menciptakan varian baru yang lebih berbahaya. Di sisi lain, Eddie juga menghadapi dilema moral yang sulit.

Ya, ia harus memilih antara menggunakan kekuatan Venom untuk kepentingan pribadinya atau justru mengorbankan segalanya demi melindungi orang-orang yang ia cintai. Itulah sekelumit peristiwa yang tersaji dalam Venom: The Last Dance

Menurut penulis, jika sobat teater sudah terbiasa dengan film superhero yang rilis dalam beberapa tahun terakhir, khususnya yang mulai berani menyelipkan subteks berkaitan dengan sosial politik ke dalam plot filmnya serta menghadirkan warna penceritaan yang berbeda-beda ketimbang sebatas parade action-komedi ringan, narasi yang dibawa oleh film ini sejatinya tidak istimewa.

Memang betul, guliran pengisahan dari film ini bisa dibilang tidak istimewa. Jangankan penonton yang telah memiliki jam terbang tinggi, penonton awam yang hanya sesekali menonton film pun tidak akan mengalami kesulitan dalam menerka jalur yang bakal dilewati oleh si pembuat film tatkala menyampaikan ceritanya.

Tapi, sang sutradara Kelly Marcel, yang juga turut menulis naskahnya bersama Tom Hardy, coba sedikit memodifikasi premis di atas tadi. Alhasil, menurut penulis, Venom: The Last Dance sama sekali tak mengecewakan dalam kaitannya mempersembahkan tontonan hiburan bagi kita semua.

Di satu sisi, mungkin Kelly belum bisa dicap sebagai pendongeng handal, tapi ia sama sekali bukan seorang penghibur yang buruk. Selepas babak introduksinya yang terasa agak kelewat panjang lantaran materinya tidak cukup kuat untuk menambat atensi, Kelly akhirnya mampu menemukan irama penceritaan yang tepat setelahnya.

Selain itu, yang juga menjadi kekuatan film ini adalah hubungan antara Eddie Brock dengan Venom yang menjadi salah satu faktor paling menghibur di sepanjang durasinya. Hubungan love-hate mereka semakin berkembang, dan sobat teater akan ditampilkan oleh momen akrab mereka berdua, namun tak jarang juga terjadi konflik konyol yang membuat keduanya bertengkar.

Overall, menurut penulis, Venom: The Last Dance adalah seri terbaik ketimbang dua pendahulunya. Kelly Marcel tampaknya paham bagaimana cara membuat salam perpisahan antara Tom Hardy dengan para penggemar karakter Venom di luar sana. Dan salam perpisahan tadi coba dituangkan ke dalam mid credit scene-nya yang cukup mengharukan.