Review Tarot: Paruh Akhirnya Memikat!
Baba Qina - Senin, 20 Mei 2024 13:50 WIBKetika sekelompok anak muda dengan gegabah melanggar aturan suci membaca Tarot, mereka tanpa sadar melepaskan kejahatan yang tak terlukiskan yang terperangkap dalam kartu-kartu terkutuk tersebut. Alhasil, satu per satu mereka harus berhadapan dengan takdir dan terjebak dalam perlombaan melawan kematian.
Itulah kisah yang tersaji dalam produksi terbaru Columbia Pictures berjudul Tarot. Menurut penulis, karya duo sutradara Spenser Cohen dan Anna Halberg ini bisa bilang bukan horor kacangan, meski tidak bertabur bintang. Ya, Tarot memiliki nuansa horor yang kental, disertai pula dengan konsep dan penyimbolan yang menarik.
Bahkan, untuk urusan horor, kedua sutradara terlihat sangat tidak malu-malu. Cohen dan Halberg paham betul bahwa Tarot merupakan kesempatan untuk membuktikan bahwa mereka harus dianggap penantang serius di genre tersebut. Dan menurut penulis, passion itu bisa dikatakan begitu terlihat di film ini.
Salah satu buktinya adalah suguhan beberapa momen horor yang cukup intens, baik secara fisik maupun dalam membangun ketegangan untuk horor yang lebih emosional. Sayangnya, menurut penulis, naskah Tarot harus diakui masih memiliki sejumlah minor. Bahakn, beberapa karakter justru terasa mengganggu lantaran keambiguan sikap mereka sehingga misteri yang menimpa karakter tersebut tidak pernah benar-benar sampai pada puncaknya.
Beruntung, hal tersebut mampu ditutupi oleh paruh akhirnya yang memikat. Paruh akhir film ini memilili konteks soal kematian yang dibungkus oleh ide dan konsep horor yang menarik. Yang sebenarnya serupa dengan cerita-cerita pemanggilan ruh lainnya memang, tapi juga terasa berbeda berkat karakter dan situasi yang dihadirkan.
Layaknya pembelajaran dalam kehidupan, Tarot pada akhirnya akan memberikan peringatan bahwa jangan pernah bermain dengan hal-hal yang tidak satu dunia dengan manusia. Apalagi jika itu malah membuka luka lama yang seharusnya sudah ditutup, dikubur, dan ditinggalkan selamanya tanpa harus terbesit sedikitpun pikiran untuk digali ulang.