Review Qodrat 2: Film Horor-Religi Rasa Superhero
Baba Qina - Minggu, 30 Maret 2025 09:49 WIB
Setelah sebelumnya film Qodrat meledak di bioskop Indonesia sejak pertama kali dirilis pada tahun 2022 dan meraih 1,7 juta penonton, kini Ustadz Qodrat (Vino G. Bastian) akan kembali melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda untuk mencari istrinya, Azizah (Acha Septriasa) yang terpaksa ia tinggalkan karena dipenjara. Pencariannya kali ini semakin sulit karena ia harus menghadapi iblis yang sangat kuat yang menguasai istrinya. Akankah ia berhasil mengalahkan iblis ini?
Qodrat 2 sejatinya memiliki tampilan yang sedikit berbeda dari kebanyakan sekuel film pada umumnya yang biasanya melanjutkan narasi secara linear. Dalam sekuel ini, fokus sedikit bergeser melalui sudut pandang Azizah yang belum pernah kita lihat di film pertamanya. Prolognya sangat mencekam dengan kemunculan iblis Assuala yang tampil gelap dan menakutkan.
Dari prolog tersebut, sobat teater akan “disambungkan” dengan prolog film pertama yang sudah kita kenal sebelumnya. Perspektif tadi sangatlah penting mengingat banyak orang yang lupa bahwa istri Ustadz Qodrat dalam waralaba ini adalah Azizah (Acha Septriasa), bukan Yasmin (Marsha Timothy) yang tampil dominan di film pertamanya.
Pengingat ini akan menuntun kita yang mungkin lupa akan sejumlah detail kecil namun penting di film pertama sehingga di sekuel ini, sobat teater akan mendapatkan gambaran utuh tentang perjalanan Ustadz Qodrat dalam menemukan istrinya. Nantinya, narasi Azizah yang seakan berjalan sendiri akan menyatu ketika ia bertemu dengan suaminya.
Qodrat 2 sebenarnya memiliki narasi yang cukup menarik. Tapi, jika boleh jujur, masih ada beberapa adegan yang terasa membosankan sehingga membuat tensi film ini tidak terjaga dengan baik. Adegan aksinya cukup baik, sayangnya karakter antagonisnya tidak se-eksplosif film pertamanya, yang kala itu diperankan oleh Randy Pangalila.
Kini, peran tersebut dimainkan oleh Septian Dwi Cahyo, yang sebenarnya sangat potensial, namun perannya kurang mendapatkan treatment yang cukup. Di bagian lain, scene romance antara Ustadz Qodrat dan Azizah saat berada dalam pelarian juga dirasa kurang tepat, karena mereka hanya bersembunyi di balik mesin pabrik yang sangat tidak aman untuk saling bertukar rindu yang selama ini mereka pendam.
Untungnya, di balik kekurangan minornya tadi, Qodrat 2 masih memiliki golden scene yang berbeda dengan film horor sejenis, dan membuat film ini terselamatkan oleh konklusi yang bisa dikatakan cukup mencekam. Di sinilah film ini mampu berbicara banyak melalui penggunaan efek-efek praktikal yang disematkan melalui sosok Assuala, iblis yang selama ini meneror Ustadz Qodrat dan Azizah.
Overall, meskipun film ini tidak dapat menyaingi film pertamanya, namun Qodrat 2 tetap memiliki keunggulan yang jauh lebih signifikan. Secara garis besar, Qodrat 2 adalah sebuah film horor-religi rasa superhero yang terasa “niat” dan berhasil memberikan pengalaman baru dalam menonton genre horor buatan Indonesia.