Review Pusaka: Suguhkan Ketegangan Nyaris Tanpa Jeda dari Menit Awal

Baba Qina - Minggu, 21 Juli 2024 07:30 WIB
Review Pusaka: Suguhkan Ketegangan Nyaris Tanpa Jeda dari Menit Awal

Nama sineas Rizal Mantovani memang sedang laris-larisnya saat ini. Setelah pekan lalu kita semua disuguhi oleh film Jurnal Risa by Risa Saraswati, kini Rizal kembali merilis sebuah film horor berjudul Pusaka.

Pusaka bercerita tentang sebuah rumah besar milik seorang kolektor bernama Risang Wisangko (Slamet Rahardjo Djarot) yang telah wafat dan memberikan pesan terakhir kepada kedua anaknya, Randi Wisangko (Bukie B. Mansyur) dan Bian Wisangko (Shofia Shireen) untuk memugar rumahnya itu dan menjadikannya sebuah museum.

Kebetulan, sekelompok pekerja yang dipimpin oleh Nina (⁠Shareefa Daanish) dan beranggotakan Hanna (Susan Sameh), David (Ajil Ditto), Sandra (Ully Triani) dan Ade (Ikhsan Samiaji) tengah melakukan survei menghitung perkiraan renovasi dan pemugaran serta mendata barang-barang bersejarah yang mana tidak semestinya dimiliki oleh perorangan pribadi.

Yang tak disangka-sangka, sebuah kutukan tiba-tiba terlepas dari sebuah benda pusaka yang telah lama singgah di dalam bunker rumah milik Risang Wisangko tadi. Kutukan apakah itu?

Apakah sobat teater pernah menonton film Evil Dead Rise yang dirilis beberapa bulan yang lalu? Nah, kira-kira film Pusaka ini bagaikan versi Indonesia dari film Hollywood tadi. Namun bedanya, semua karakter di dalam film Pusaka ini dibuat sangat bodoh. Hanya ada 1 karakter yang pintar, tapi tentu saja karakter tersebut dibuat tewas terlebih dahulu.

Tanpa banyak basa basi, film ini langsung menyuguhkan ketegangan tanpa henti sedari menit-menit awal durasinya. Seakan menutupi narasinya yang lemah, maka Rizal Mantovani mengisi amunisi lainnya di sektor visual effect. Selain itu, production design-nya juga harus diacungi jempol karena berhasil membuat rumah sebesar itu bersetting pedalaman.

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa film ini memang memiliki kekurangan di sektor skrip. Namun demikian, secara narasi, film ini masih sangat bisa dinikmati flow-nya dalam bercerita, apalagi saat di babak ketiga, terutama saat kita merasa bahwa film ini akan mengambil plot yang predictable, namun ternyata kita malah berhasil ditipu oleh ending yang terbilang cukup berani.

Overall, walaupun masih memiliki kekurangan di sana-sini, namun film Pusaka tentu masih layak untuk ditonton di layar besar, apalagi jika sobat teater memang pecinta film-film horor bearoma gore-fest, maka menonton film ini merupakan sebuah keputusan yang tepat.