Review Petaka Gunung Gede: Visual Grande dan Aktingnya Oke
Baba Qina - Sabtu, 8 Februari 2025 07:48 WIBApakah di antara sobat teater pernah mendengar sebuah mitos yang mengatakan bahwa hal-hal mistis akan mengikuti perempuan yang nekat mendaki gunung saat sedang menstruasi? Nah, mitos tersebut kini coba diangkat ke dalam sebuah film horor berjudul Petaka Gunung Gede.
Film Petaka Gunung Gede akan berkisah tentang perjalanan Maya (Arla Ailani) dan Ita (Adzana Ashel), dua sahabat yang memutuskan untuk mendaki Gunung Gede bersama lima teman lainnya saat liburan sekolah. Pendakian itu awalnya berjalan lancar, namun seketika berubah menjadi mimpi buruk.
Semua itu bermula ketika Ita, yang sedang haid, dianggap melanggar larangan adat yang berlaku di gunung tersebut. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, perempuan yang sedang menstruasi dilarang mendaki karena diyakini dapat mengusik penghuni gunung.
Ita pun mulai mengalami berbagai gangguan mistis, hingga akhirnya meninggal secara tragis. Maya pun menolak percaya bahwa semua ini hanya akibat dari pelanggaran mitos tadi. Ia pun berusaha mencari kebenaran di balik kejadian mengerikan yang menimpa sahabatnya. Lantas, apakah benar Ita hanya menjadi korban legenda Gunung Gede? Atau ada rahasia lain yang lebih kelam yang selama ini tersembunyi?
Bisa dibilang, Petaka Gunung Gede menjadi sebuah film besutan Azhar Kinoi Lubis yang cukup memorable karena visualnya yang cukup grande. Selain itu, pesan yang ingin disampaikan dari film ini sangatlah mengena, tentang pentingnya menghargai aturan di setiap tempat yang sedang kita pijak.
Dan perlu diakui, akting beberapa pemain, terutama karakter Maya dan Ita di sini pun lumayan solid. Pembangunan karakter berhasil di-deliver dengan cukup baik, ditambah chemistry yang dibangun juga cukup kuat. Satu sama lain berhasil menghasilkan kualitas akting di setiap runutan perjalanan narasinya, yang pada akhirnya mampu menciptakan suasana haru di benak penontonnya.
Namun, ada satu hal yang patut disayangkan, yakni sosok mahluk halus yang dihadirkan masih belum membuat penulis puas karena kurangnya penjelasan secara lebih jauh lagi mengenai latar belakangnya. Seolah mahluk tersebut hanya sebagai pemanis filmnya semata.
Tapi lagi-lagi, hal minor tadi masih bisa terselamatkan oleh narasinya yang cukup matang dan rapi dengan penuturan jalan ceritanya yang kompleks. Belum lagi sinematografinya yang berhasil memanjakan mata, sehingga akan membuat kita merasa betah untuk menatap layar.
Pada akhirnya, seperti yang sudah disinggung di atas, film ini akan mengingatkan kita semua untuk selalu menjaga lisan serta sikap di manapun kita berada, agar kita semua dijauhi dari petaka.