Review Pamali: Dusun Pocong: Horor dengan Latar Budaya Sunda yang Kental

Baba Qina - Minggu, 15 Oktober 2023 17:54 WIB
Review Pamali: Dusun Pocong: Horor dengan Latar Budaya Sunda yang Kental

Tiga petugas medis dan dua penggali kubur ditugaskan untuk membantu sebuah dusun terpencil yang baru terkena wabah. Setibanya di sana, mereka mulai menyadari ada kemunculan Pocong di dusun tersebut. Apakah semua ini berkaitan dengan adat istiadat di dusun tersebut? Atau ada adat istiadat yang dilanggar oleh mereka?

Cerita di atas tersaji dalam karya terbaru sutradara Bobby Prasetyo berjudul Pamali: Dusun Pocong. Menurut penulis, film produksi LYTO Pictures ini harus diakui tampil kurang maksimal. Tampaknya, kesulitan menggarap layar lebar yang diadaptasi dari video game tak hanya dihadapi oleh Hollywood, tetapi juga Indonesia.

Sang penulis naskah terasa seperti kesulitan dalam menyusun skenario sekuel Pamali (2022) tersebut. Pasalnya, konflik utamanya, yakni pamali, tampak hanya sebagai pernak-pernik semata, dalam arti tidak digali secara mendalam. Beruntung, budaya sunda yang menjadi latar film ini dapat disajikan dengan baik dan begitu kental.

Ya, Pamali: Dusun Pocong mampu memperlihatkan kesederhanaan adat masyarakat setempat tanpa harus menggunakan cara yang mencolok. Cukup dengan latar tokoh, dialek khas para tokoh penduduk desa setempat, benda-benda khas dan adat kepercayaan yang menjadi fokus cerita, Pamali bisa memberikan nuansa Sunda tanpa melupakan sisi horornya.

Sayangnya, pada saat yang sama, konsep penuturan cerita yang dibawakan oleh film ini tidak pernah mampu berkembang secara matang akibat naskah yang begitu kebingungan untuk mengolah ide-ide yang sebelumnya telah terlontar. Untungnya, alur cerita Pamali: Dusun Pocong masih setia (meski sedikit) dengan judulnya lewat beberapa karakter yang melakukan pelanggaran terhadap sejumlah pantangan.

Tetapi, menurut penulis, cerita Pamali: Dusun Pocong tidak pernah benar-benar mampu memberikan koneksi apakah berbagai misteri yang terjadi berhubungan dengan aksi pelanggaran pantangan tersebut. Elemen cerita bernuansa kultural itu kemudian menghilang begitu saja tanpa pernah diberikan pengembangan yang berarti.

Untungnya, menurut penulis, film ini tertolong dengan penampilan akting yang solid para pemainnya. Mulai dari Fajar Nugra, Bukie B Mansyur, Yasamin Jasem, Dea Panendra, hingga Arla Ailani, yang mampu membawakan karakter masing-masing dengan baik. Performan mereka setidaknya bisa membuat Pamali: Dusun Pocong lebih hidup di tengah ceritanya yang kurang mumpuni.