Review Paku Tanah Jawa: Horor dengan Sinematografi dan Akting Berkualitas
Baba Qina - Senin, 10 Juni 2024 08:12 WIBDunia perfilman Tanah Air belakangan ini sedang dipenuhi oleh film-film bergenre horor yang kerap mendulang banyak penonton dan mencetak kesuksesan. Di tahun 2024 ini, sederet film horor juga siap menghiasi bioskop Tanah Air, salah satunya adalah sebuah film yang berjudul Paku Tanah Jawa.
Film Paku Tanah Jawa menceritakan sosok Ningrum (Gisellma Firmansyah) yang sejak kecil harus menghadapi pandangan negatif warga sekitar, karena ibunya, Handini (Masayu Anastasia) selalu diisukan memiliki banyak pria sebagai syarat pesugihan. Kematian salah seorang teman dekat Handini, membuat keluarganya semakin disudutkan warga. Satu per satu korban yang berjatuhan pun pada akhirnya membuat Ningrum tergerak untuk mempertanyakan segalanya pada sang ibu.
Hidup Ningrum semakin tidak tenang setelah lelaki yang diam-diam ia cintai bernama Jalu (Wafda Saifan), justru terjebak menjadi tumbal baru Handini. Ningrum lalu mendapatkan petunjuk dan meminta bantuan pada seorang Kyai (Pritt Timothy) yang memberinya tombak sakti bernama Paku Tanah Jawa yang dapat digunakan untuk memusnahkan segala ilmu hitam yang ada di muka bumi ini.
Film Paku Tanah Jawa ini sendiri adalah definisi film dengan naskah potensial dan cast yang memiliki akting lumayan tetapi sia-sia karena lebih memprioritaskan jumpscare ala film horor murahan. Jika boleh mengeluarkan kalimat sarkas, hal tersebut yang pada akhirnya membuat film ini terlihat seperti film Badarawuhi di Desa Penari versi lite.
Horornya bagaikan versi daur ulang dari apa yang sudah dibuat di film Badarawuhi di Desa Penari. Dari ular, sinden, hingga slowburn pace yang disarikan ulang dan tidak terasa menarik sama sekali. Keseluruhan isi filmnya benar-benar tidak membuat penulis untuk larut di dalamnya. Bahkan, tiap beberapa menit sekali, penulis selalu mengecek telepon seluler karena saking membosankannya film ini.
Perfilman horor Indonesia di tahun 2024 ini memberikan kita banyak sekali desain hantu, setan, dan iblis yang bervariasi sekaligus unik. Anehnya, film ini justru menghadirkan hantu yang lebih kelihatan seperti wanita insomnia dengan rambut berantakan dan mata yang terkena infeksi.
Editing dan jumpscare dalam film ini juga sama sekali tidak menolong untuk membuat sosok hantu tersebut mengerikan. Yang terjadi justru malah membuat karakter hantu dalam film ini (maaf) seperti karakter ODGJ. Jumpscare-nya kuno dengan balutan musik perusak gendang telinga. Belum lagi logika-logika yang terdapat di film ini juga terlampau bodoh.
Meskipun memiliki banyak sekali kelemahan, namun masih ada beberapa hal yang bisa diapresiasi di film ini. Secara setting, film ini cukup bagus, ditambah lagi dengan sinematografi yang secara mengejutkan terlihat sedikit “mahal”. Untuk departemen akting, film ini juga ditopang oleh para cast yang tidak berakting kaku, meskipun beberapa dialog memang terdengar seperti di luar nalar.
Overall, bagi sobat teater yang ingin menyaksikan sebuah film horor yang bagaikan perpaduan antara film Badarawuhi di Desa Penari dengan film Sinden Gaib, maka film Paku Tanah Jawa ini bolehlah dicoba. Tapi, pesan utama dari penulis adalah janganlah terlalu berekspektasi terlalu berlebihan saat menonton film ini.