Review My Boo: Sajian Horor-Komedi yang Menyenangkan
Baba Qina - Jumat, 21 Juni 2024 07:38 WIBBicara mengenai perfiilman horor di Thailand, nama Khomkrit Treewimol memang belum sementereng Banjong Pisanthanakun atau Sophon Sakdaphisit. Hal tersebut dapat dimengerti, karena Khomkrit lebih banyak menelurkan karya-karya bergenre komedi romantis, seperti My Girl dan This I Promise You.
Kini, ia coba merambah ke jalur horor, yang tentunya juga diselingin dengan unsur komedi romantis dalam film yang berjudul My Boo. Di negara asalnya sendiri, My Boo ternyata berhasil mencetak kesuksesan saat tayang dan masuk dalam daftar film box office di sana.
My Boo sendiri bercerita tentang seorang gamer bernama Joe (Sutthirak Subvijitra). Dia adalah seorang gamer muda yang punya masa depan menjanjikan. Suatu ketika, Joe menerima sebuah rumah tua sebagai warisan dari keluarganya. Alih-alih senang, Joe justru bimbang. Sebab, rumah warisan yang didapatnya itu ternyata dihuni oleh seorang hantu wanita.
Hantu bernama Anong (Maylada Susri) tersebut rupanya adalah mantan pemilik rumah asli tersebut. Cerita semakin menarik ketika Joe mencoba mengusir hantu Anong tersebut dari rumah. Namun, bukannya pergi, hantu Anong justru berbalik meminta Joe yang keluar dari rumah tersebut. Bingung dengan situasi yang ada, Joe kemudian memiliki ide menggunakan rumah warisan tersebut menjadi rumah hantu. Tak disangka, ide ini pun membuat Joe sukses besar.
Selama kerja sama tersebut, rupanya hubungan Joe dan Anong menjadi semakin akrab. Tanpa disadari, timbul benih cinta di antara keduanya. Namun, perasaan keduanya tak mungkin terjalin karena Joe dan Anong berbeda dunia. Lalu, apakah keduanya akan tetap bersama?
Well, di saat kita semua berharap mendapatkan kembali teror mengerikan yang kini susah ditemukan dalam industri perfilman Thailand, Khomkrit Treewimol justru membuat sebuah tontonan yang lebih kental unsur komedinya ketimbang horornya. Setelah paruh awalnya yang cukup meyakinkan bahwa My Boo merupakan film horor yang menyeramkan, kita semua akan langsung dikejutkan saat tone film ini berubah 180 derajat.
Sejak awal, mungkin My Boo sudah diberi label horor-komedi, namun pada akhirnya, penulis merasa bahwa film ini lebih tepat disebut sebagai sebuah parodi. Karena momen seram yang ditampilkan seringkali berakhir lucu berkat dua tokoh utama tadi. Penulis yang berharap mendapat sajian horor lebih pada awalnya, menjadi sedikit terkejut, tapi perlahan menjadi terpuaskan saat humor konyolnya selalu tepat sasaran dan membuat tertawa terbahak-bahak.
Namun My Boo tidak lantas menjadi sajian konyol nan tolol yang asal-asalan, karena baik itu konten humor yang penuh referensi, pembawaan para aktornya, hingga timing dimunculkannya humor tersebut selalu sempurna. Dengan segala kekonyolan karakter serta humor yang dibawakan, My Boo membuktikan pernyataan bahwa idiot dan jenius itu berbeda tipis memang benar adanya.
Namun tenang, bagi sobat teater pastinya sudah tahu bahwa akan ada unsur romansa yang cukup menyedihkan di dalam “kisah cinta tak sampai” ini. Dan benar saja, sang sutradara pun masih akan menyajikan aspek romansanya dengan cukup kuat. Tidak terlalu banyak memang, namun adegan-adegan tersebut tetap terasa indah, romantis dan cukup menyentuh.
Secara keseluruhan, My Boo adalah sebuah hiburan yang sangat menyenangkan. Jika sobat teater ingat dengan film Indonesia yang berjudul Agak Laen yang dirilis belum lama ini, maka My Boo seperti sebuah versi Thailand dari film Agak Laen tadi. Jadi, jangan berekspektasi mendapatkan tontonan horor mencekam, karena yang akan sobat teater dapatkan dari film ini justru merupakan tontonan horor yang akan mengocok perut berkali-kali.