Review My Annoying Brother: Chemistry Vino G. Bastian dan Angga Yunanda Sangat Apik!
Baba Qina - Sabtu, 26 Oktober 2024 09:37 WIBCJ ENM bersama BASE Entertainment resmi merilis sebuah film remake berjudul My Annoying Brother. Film aslinya sendiri dibintangi oleh selebriti papan atas Korea Selatan, D.O. EXO dan Jo Jung Suk, serta dirilis pada tahun 2016 silam. Kini, aktor Vino G. Bastian dan Angga Yunanda didapuk untuk menjadi pemeran utama dalam versi terbarunya ini.
Kisah dalam My Annoying Brother versi Indonesia pun tak jauh-jauh dari versi aslinya, mengisahkan tentang Kemal (Angga Yunanda), seorang mantan atlet judo nasional yang harus menghadapi kenyataan pahit setelah mengalami kecelakaan parah saat bertanding. Insiden tersebut mengakibatkan Kemal kehilangan penglihatannya.
Terjebak dalam kesedihan dan kekecewaan, hidupnya semakin rumit ketika Jay (Vino G. Bastian), saudara kandungnya, muncul setelah dibebaskan dari penjara. Jay berniat merawat Kemal, dengan harapan tindakannya akan meringankan hukumannya. Namun, kehadiran Jay justru menambah kerumitan dalam kehidupan Kemal yang sudah penuh tekanan.
Hubungan keduanya pun dipenuhi ketegangan dan konflik, yang membuat perjalanan mereka semakin emosional. Namun, Seiring berjalannya waktu, Kemal berupaya menerima keadaannya dan mulai membuka diri untuk memperbaiki hubungan dengan Jay.
Bisa dibilang, My Annoying Brother berhasil menyuguhkan cerita bertema keluarga yang begitu emosional. Kita seakan diajak untuk merenungkan kembali makna keluarga lewat kisah Jaya dan Kemal. Hubungan antar karakternya pun kuat dan dinamis. Sepanjang durasi mengalun, kita semua akan dibuat tertawa juga menangis di dalam momen yang tak akan diduga-duga.
Adalah Vino G. Bastian dan Angga Yunanda, dua pemeran utama yang sukses memerankan karakter kakak adik dengan chemistry yang apik. Performa mereka benar-benar menjadi daya tarik tersendiri. Tak lupa juga dengan karakter Fauzan yang diperankan oleh Kristo Immanuel yang sukses mencuri perhatian. Bisa dikatakan, penampilan Kristo di film ini merupakan penampilan terbaiknya di film Indonesia di sepanjang tahun ini.
Dan walaupun ini adalah remake dari versi negeri gingseng, namun jangan khawatir, karena My Annoying Brother versi lokal ini tetap memiliki sentuhan budaya Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari rumah Kemal dan Jaya, bahasa yang digunakan dalam kesehariannya, hingga tempat makan dan makanannya. Sebagai penonton Indonesia, dijamin hal tersebut akan membuat kita menjadi relate.
Secara teknis, bisa dikatakan film ini sudah berada di level yang sangat baik, mulai dari sinematografi, transisi editing, dan tata artistiknya yang terlihat sangat serius digarap. Kekurangannya minor saja, soal set-up adegan yang terasa tanggung, tapi tenang saja, karena hal itu tidak berpengaruh secara signifikan pada jalan ceritanya.
Akhir kata, My Annoying Brother akan membuka mata kita semua bahwa bahwa keluarga adalah support system terbaik yang kita miliki. Karena, terkadang kita hanya butuh memberi atau diberikan satu kesempatan saja untuk bisa membangun hubungan keluarga yang solid.