Review Munkar: Tak Hanya Jualan Jumpscare dan Gore Semata
Baba Qina - Jumat, 9 Februari 2024 18:15 WIBBagi sobat teater yang menggemari cerita horor, urban legend hantu Herlina pasti sudah tak asing lagi. Kisah seram dengan latar belakang sebuah Pondok Pesantren di kota Lamongan, Jawa Timur tersebut kini dihadirkan dalam sebuah film layar lebar berjudul Munkar yang disutradarai oleh Anggy Umbara.
Film Munkar menceritakan tentang Herlina (Ratu Sofya), seorang santriwati yang kerap di-bully oleh teman-temannya. Perundungan dari santriwati lainnya kepada Herlina bukan hanya dari kata-kata, bahkan sampai ke tindakan penyiksaan fisik, seperti memukul, mendorong, hingga penggunaan setrika panas. Namun, Herlina memiliki kepribadian yang unik. Bukannya bersedih setiap kali dirundung, ia justru malah tertawa.
Suatu hari, ketika para guru dan pengurus pesantren bertemu untuk pertemuan kelas malam, Herlina diam-diam mencuri cincin milik istri Kyai. Saat dilakukan penggeledahan di seluruh tas santri, pengurus menemukan cincin tersebut di tas Herlina. Herlina pun memutuskan untuk kabur demi menghindari hukuman. Naasnya, ia malah ditabrak mobil yang akhirnya merenggut nyawanya.
Sayangnya, penghuni pondok tidak mengetahui kematiannya, hingga keesokan harinya, sosok Herlina tiba-tiba muncul di pondok pesantren. Usut punya usut, orang tua Herlina tidak terima anaknya telah meninggal dunia. Mereka meminta dukun untuk mengirimkan sosok arwah Herlina untuk membalaskan dendam kepada para santriwati dan penghuni pesantren lainnya, termasuk sang istri Kyai.
Well, dari beberapa film horor yang dibesut oleh sineas Anggy Umbara, mungkin ini menjadi salah satu yang penulis favoritkan. Film Munkar rupanya tidak mengutamakan jumpscare atau jualan gore semata. Film ini juga mampu menciptakan ambience seram yang cukup untuk membuat penontonnya menjadi waspada.
Ditambah film ini akan menampilkan sosok setan dengan make up dan mimik creepy yang cukup membekas di ingatan. Rasanya film ini akan mengingatkan kita semua pada film produksi Hollywood berjudul Smile atau film horor lokal berjudul Qodrat, karena memiliki vibes yang sama di adegan tertentu.
Dengan alur yang repetitif, sebenarnya film ini memang mengingatkan realita bagaimana iblis itu mampu mempermainkan pikiran manusia dan bisa memperalat tiap orang yang tidak bersandar pada Tuhan. Premis yang memang terus berulang-berulang di banyak film horor Indonesia, namun tetap terasa efektif bagi banyak penonton kita.
Dan pada akhirnya, apakah film seperti ini mampu membuat para pelaku bully jera? Dan apakah dengan film horor dengan unsur religi seperti ini bisa menguatkan iman atau justru malah melemahkan iman seseorang? Itu semua hanya bisa dijawab oleh sobat teater sendiri.