Review Monster: Suguhkan Sudut Pandang yang Unik dalam Penceritaannya

Baba Qina - Sabtu, 6 Januari 2024 14:32 WIB
Review Monster: Suguhkan Sudut Pandang yang Unik dalam Penceritaannya

Di sebuah pinggiran kota dengan sebuah danau besar, seorang ibu tunggal yang mencintai putranya, seorang guru sekolah yang peduli dengan murid-muridnya, dan anak-anak yang tidak bersalah menjalani kehidupan yang damai. Hingga suatu hari, perkelahian terjadi di sekolah.  

Kelihatannya seperti perkelahian biasa di antara anak-anak, tetapi klaim mereka berbeda, dan lambat laun berkembang menjadi masalah besar yang melibatkan masyarakat dan media. Kemudian pada suatu pagi yang penuh badai, anak-anak itu tiba-tiba menghilang.

Kisah tersebut tersaji dalam film Korea berjudul Kaibutsu atau Monster karya sutradara Kore-eda Hirokazu. Menurut penulis, layar lebar ini memiliki gaya bercerita yang terbilang unik. Hirokazu menggunakan tiga sudut padang yang berbeda dalam menjelaskan atau menyampaikan ceritanya, yakni melalui Minato, Ibu Minato, dan Pak Guru Michitoshi Hori.

Menariknya, Monster tidak hanya hadir sebagai kritik atas hadirnya ketidakadilan yang terjadi di era modern, tetapi juga menjadi sebuah refleksi untuk merenungi diri sendiri, serta sejauh mana kita mengenal diri sendiri dan orang-orang terdekat kita.

Meski dalam tiga babak penceritaannya tidak disampaikan secara berurutan, namun film ini memiliki intensitas dan emosi tersendiri dalam setiap babaknya. Perspektif pertama dimulai dari Ibu Minato yang merasa anaknya tidak diberikan pendidikan yang layak oleh sekolahnya dan justru malah mendapatkan kekerasan.

Sobat teater dijamin bakal merasa emosional pada bagian itu, terutama ketika satu demi satu fakta-fakta tentang apa yang sebenarnya terjadi mulai terungkap. Menurut penulis, jika Monster dipotong hanya pada bagian ini saja, maka sudah sangat terlihat argumentasi kritik terhadap instansi pendidikan, khususnya dalam hal melanggengkan gejala penyalahgunaan kekuasaan.

Sedangkan pada sudut pandang kedua, semuanya coba diubah. Sobat teater seperti dibuat bingung oleh penceritaan yang tampak mundur dan mencoba melengkapi deretan peristiwa yang ada di perspektif pertama tadi. Sobat akan diajak menyelami kehidupan Pak Michitoshi Hori, guru kelas Minato. Terutama soal bagaimana ia memiliki keraguan menjadi guru muda dan harus menyesuaikan dengan lingkungan sekolah tempatnya bertugas.

Dan yang ketiga, sobat teater akan dibawa kepada orang yang selalu menarik perhatian, yakni Minato sendiri. Setelah ayahnya wafat, Minato mulai berkontemplasi dengan dirinya dan menemukan sercercah hal aneh, namun positif pada Yori (Hinata Hiiragi), teman sekelasnya. Keduanya lalu menjadi akrab dan mulai meluangkan waktu bersama.

Jadi, secara keseluruhan, Monster bisa dikatakan hadir dengan perspektif unik yang mencoba mengkritisi institusi pendidikan dan lingkungan sekitarnya secara komprehensif. Tapi, film ini pun tidak lupa meletakkan elemen emosional agar hal tersebut tidak hanya menambahkan argumentasi secara objektif, tetapi juga subjektif.

Dan pada akhirnya, sobat teater sendirilah yang nantinya bisa menentukan mana perspektif yang buruk atau jahat yang coba dikemukakan oleh film ini.