Review Malam Pencabut Nyawa: Penuh Kejutan Menyenangkan

Baba Qina - Jumat, 24 Mei 2024 07:32 WIB
Review Malam Pencabut Nyawa: Penuh Kejutan Menyenangkan

Sidharta Tata adalah salah satu sutradara dan penulis skenario Indonesia berbakat yang berani mengeksplor beragam genre. Fillm pendek berjudul Natalan yang diketahui menjadi karya pertamanya sebagai sutradara, berhasil masuk dalam nominasi FFI 2015 di kategori Film Pendek Terbaik.

Sejak saat itu, karier sutradara muda ini melejit pesat. Ia aktif menyutradarai berbagai judul serial dan film layar lebar. Ahli dalam menggarap film horor dan action, tak heran bila Sidharta Tata kembali dipercaya menyutradarai sebuah film horor yang berjudul Malam Pencabut Nyawa.

Malam Pencabut Nyawa berkisah tentang Respati (Devano Danendra), seorang siswa SMA yang menderita insomnia setelah kematian tragis orang tuanya. Kematian itu membuatnya mendapatkan teror saat ia tertidur. Ia lantas bermimpi tentang pembunuhan brutal yang dilakukan oleh seorang perempuan yang misterius.

Namun, ia tidak tahu kepada siapa lagi harus menceritakan hal tersebut. Respati berpikir kalau itu hanya terjadi dalam mimpinya saja, sampai ia bertemu dengan Wulan (Keisya Levronka), salah seorang murid sekelasnya yang baru saja pindah dari Jakarta. Wulan ternyata mengetahui kalau Respati ternyata mempunyai mimpi buruk dan memberitahunya kalau orang-orang dalam mimpi itu benar-benar mati di dunia nyata.

Wulan juga membantu Respati dalam menggali kemampuan lainnya yakni menjelajahi alam mimpi, di mana ia melihat orang-orang yang dikenal dan dicintainya berhadapan dengan kematian. Respati pun harus mengungkap misteri yang mengganggu dirinya. Lantas, siapa yang melakukan hal tersebut dan mengapa harus dirinya yang harus mendapat teror menakutkan itu?

Dengan banyaknya film horor lokal yang dirilis di tahun ini, membuat penulis sedikit pesimis akan kualitas film Malam Pencabut Nyawa ini. Apakah film ini mampu membuat sentuhan yang segar? Akan tetapi, sesaat setelah filmnya berjalan dan kita dikenalkan pada karakter Respati dan dunianya, seketika kita akan yakin bahwa film ini adalah film horor yang berbeda.

Beberapa waktu ke belakang, film horor selalu identik dengan penggunaan jumpscare. Pertanyaan pertama yang selalu didapat ketika kita menonton sebuah film horor adalah "banyak jumpscarenya gak ya?", dan itu tidak salah juga, karena memang kebanyakan film horor menjadikan hal tersebut menjadi daya tarik utama.

Nah, Malam Pencabut Nyawa justru ingin menawarkan pengalaman sinematik yang berbeda. Filmnya memang tetap berpegang pada pakem penulisan horor, namun Sidharta Tata selaku sutradara juga menghadirkan elemen action di dalamnya. Selain itu, world-building disertai dengan pengembangan karakter yang didasarkan pada makhluk maupun ritual mistis terutama di tradisi Jawa, membuat film ini terasa dekat dengan keseharian kita pada banyak sisinya.

Pengemasan karakter Respati di sini juga bisa dikatakan fresh, meskipun bukan hal yang baru. Masing-masing karakter juga memiliki penokohan yang kuat, memiliki alasan kenapa mereka ada di sana. Tidak ada karakter yang sekadar mejeng atau hanya menjadi tim hore, dan itulah yang membuat kita akan enjoy dengan filmnya.

Banyak pula adegan action dan “battle” yang akan membuat sobat nonton seakan bertanya-tanya "eh ini masih film yang sama kan ya?", dan tentunya akan ada beberapa scene yang membuat sobat teater terkadang tidak akan percaya bahwa film Indonesia sudah bisa sampai di level ini. Ya, ini adalah film yang penuh dengan kejutan, baik dari ceritanya, adegannya, dan akting pemerannya. Sobat nonton tidak akan menyangka dari judulnya yang puitis itu ternyata menyimpan cerita yang penuh magis.

So, bagi sobat teater yang sering berkata bahwa film Indonesia akhir-akhir ini cukup membosankan, maka berilah kesempatan bagi film Malam Pencabut Nyawa ini. Karena, Malam Pencabut Nyawa adalah tipe film yang saat kalian masuk studio pertama kali kalian hanya akan berharap untuk ditakut-takuti, tapi saat keluar studio bioskop ternyata kalian memiliki banyak kesan yang ingin disampaikan.