Review Laut Tengah: Sajikan Kisah Poligami dengan Drama yang Kuat dan Emosional
Baba Qina - Sabtu, 5 Oktober 2024 08:15 WIBBeberapa film bertema poligami telah terbukti menarik perhatian penonton film di Indonesia. Beberapa di antara film itu adalah, Ayat-Ayat Cinta, Surga yang Tak Dirindukan, dan Berbagi Suami. Kini, satu lagi film bertema serupa berjudul Laut Tengah pun telah dirilis di bioskop tanah air mulai pekan ini.
Film Laut Tengah berkisah tentang Haia (Yoriko Angeline) yang berencana melanjutkan pendidikan S-2 di Korea Selatan. Namun, ternyata rencana Haia tidak semudah itu. Ada banyak rintangan yang harus Haia hadapi untuk meraih mimpinya, seperti ketika dosen pembimbingnya, Prof Fatih (Pritt Timothy), memberikan penawaran yang mengejutkan kepada Haia.
Prof Fatih ingin membantu memuluskan jalan Haia, tetapi dengan satu syarat, Haia harus menikahi Bhumi (Ibrahim Risyad) yang merupakan suami dari Aisha (Anna Jobling), keponakan Prof Fatih. Tawaran tersebut tentu menimbulkan dilema yang besar di hati Haia. Setelah Haia menerima tawaran tersebut, dirinya kembali dihadapkan dengan keputusan sulit yaitu ketika Aisha meninggal dunia. Lantas, apakah Haia harus kembali ke Indonesia dan mengakhiri pernikahannya dengan Bhumi atau ia akan tetap tinggal di negeri Korea?
Kalau penulis boleh jujur, Laut Tengah rupanya cukup berhasil dalam mewujudkan sajian religi yang menekankan harga diri perempuan sebagai seorang istri kedua, sambil mengangkat isu tentang poligami dalam konteks kerukunan. Esensi cerita yang dihadirkan film ini pun masih tetap terjaga secara konsisten hingga menit-menit akhir filmnya.
Di tangan Archie Hekagery selaku sutradara yang sudah banyak makan asam garam dalam menggarap film-film sejenis, alur film ini yang terasa klise perlahan mampu diubah menjadi kisah yang cukup emosional. Cinta yang tumbuh dalam sosok istri kedua digambarkan sebagai manusia yang membutuhkan pengorbanan yang mendalam, pahit, dan selalu bersabar.
Film Laut Tengah juga bisa dibilang cukup cerdik dalam hal pemilihan latar budaya dan setting, dalam hal ini negeri Korea yang memang sedang populer di masa sekarang. Hal ini membuat cerita film ini menjadi lebih menarik bagi khalayak muda yang juga memang banyak yang sedang menggandrungi dunia “per-Korea-an”.
Berbicara soal setting di Korea Selatan, film Laut Tengah memang berhasil dalam menangkap realitas yang ada di sana. Keindahan Korea Selatan tersorot melalui visual yang dikerjakan dengan amat niat, lalu berubah menjadi latar tempat yang memperkuat narasi religi yang dihidupkan. Tak semua sutradara mampu memiliki kepekaan seperti ini.
Pada akhirnya, lagi-lagi, walaupun film Laut Tengah menghadirkan premis yang bisa dibilang klise, namun Archie Hekagery berhasil membalut keklisean itu dengan drama yang kuat ditambah pesan moral film ini yang kembali mengingatkan kita semua tentang makna keikhlasan dan ketulusan.