Review Kuasa Gelap: Hadirkan Eksorsisme dari Sudut Pandang Agama Katolik

Baba Qina - Sabtu, 5 Oktober 2024 08:32 WIB
Review Kuasa Gelap: Hadirkan Eksorsisme dari Sudut Pandang Agama Katolik

Film horor pastinya masih menjadi primadona di sinema Indonesia. Rasanya bukan hal yang sulit bagi film horor untuk meraup jumlah penonton yang banyak. Diminati semua kalangan, banyak film horor yang sukses meraih jumlah penonton cukup banyak, bahkan sejak hari pertama tayang.

Tren tersebut yang coba ingin dibuktikan oleh rumah produksi Paragon Pictures dan Ideosource Entertainment dengan merilis film horor terbarunya yang berjudul Kuasa Gelap. Premisnya pun lagi-lagi mengangkat fenomena eksorsisme. Yang menjadi pembeda, jika film-film horor lokal biasanya mengambil tema eksorsisme lewat sudut pandang agama Islam, maka Kuasa Gelap mencoba hal yang fresh, yakni mengangkat tema eksorsisme lewat sudut pandang agama Katolik.

Cerita dalam film Kuasa Gelap dimulai dengan latar belakang Romo Thomas (Jerome Kurnia) ketika kehilangan keluarganya dalam sebuah kecelakan tragis. Kecelakaan tragis tersebut lalu membuat Thomas mulai meragukan keimanannya. Thomas juga mulai meragukan perannya sebagai seorang pelayan gereja. Dalam keadaan terpuruk ini, Thomas kemudian memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai seorang Romo.

Namun, sebelum itu, ia diberikan tugas terakhir untuk membantu Romo Rendra (Lukman Sardi) yang sedang sakit untuk melakukan eksorsisme terhadap Kayla (Lea Ciarachel). Kayla yang merupakan sahabat dari adik Thomas yang menjadi korban kerasukan iblis yang sangat kuat. Untuk menyelematkan Kayla, Thomas dan Romo Rendra pun bekerja sama untuk mengusir iblis yang bersemayam dalam tubuh Kayla. Namun, iblis tersebut ternyata jauh lebih kuat dari yang mereka perkirakan.

Secara keseluruhan, penulis sebenarnya masih menikmati keseluruhan cerita yang disuguhkan oleh film ini. Apalagi jika yang dijadikan perbandingan adalah film-film horor yang pernah dikerjakan oleh sutradara film ini, Bobby Prasetyo. Ya, pondasi ceritanya yang dihadirkan film ini masih terbilang lebih kuat dibandingkan parade jumpscare yang kerap kali disuguhkan oleh film-film sejenis.

Satu persatu masalah yang disajikan selama seperempat jam pertama film ini amat menarik untuk diikuti. Mulai dari hubungan retak antara anak ke orang tua, lemahnya iman karena suatu peristiwa, hingga masalah-masalah lainnya. Dan perasaan kecewa, sedih serta kekosongan dari karakter Kayla yang berlarut sebagai modal dan alasan utama yang dipakai untuk mengundang “si kuasa gelap” ini adalah sebuah pilihan yang tepat.

Tim pembuat film ini juga bisa dikatakan teliti dalam melakukan riset. Di mana dikatakan bahwa hanya 10% dari kasus laporan kesurupan yang memerlukan ritual eksorsis. Mereka juga berhasil menunjukkan kalau karakter pastor di sini juga peduli dengan psikis si korban ketika mengalami perubahan yang aneh serta masalah yang sedang dia hadapi.

Akhir kata, Kuasa Gelap merupakan sebuah film tentang eksorsisme yang digarap dengan cukup niat. Meskipun film ini berbasis agama Katolik, namun pesan-pesan yang ditampilkan masih terasa universal dan dapat relate ke semua umat beragama. Dan sekali lagi, Kuasa Gelap membuktikan bahwa ternyata riset amatlah dibutuhkan oleh sang pembuat film, apapun itu genre yang akan mereka buat.