Review Kereta Berdarah: Film Horor dengan Visual Ciamik dan Gore yang Brutal
Baba Qina - Sabtu, 3 Februari 2024 07:52 WIBPenulis amat mengapresiasi jika ada film horror Indonesia yang mayoritas durasinya memakai set lokasi di gerbong kereta api. On the other hand, hal tersebut amat beresiko. Potensi repetitive dan stuck dalam hal eksplorasi ceritanya menjadi salah satu alas an terbesar. Dan kini, sineas Rizal Mantovani seakan ingin menantang dirinya untuk menjungkirbalikkan kemungkinan tersebut dalam film barunya yang berjudul Kereta Berdarah. Berhasilkah?
Kereta Berdarah berkisah tentang Purnama (Hana Malasan) yang sedang merasa bahagia karena berhasil sembuh dari kanker. Setelah melalui proses penyembuhan yang panjang, ia akhirnya dapat beraktivitas normal kembali. Purnama pun ingin merayakan momen kesembuhan tersebut dengan adiknya, Kembang (Zara Leola). Kakak beradik itu lantas berniat berlibur ke resor alam yang baru dibuka di suatu tempat terpencil.
Mereka tidak punya banyak pilihan lantaran akses menuju resor itu yang terbatas. Satu-satunya moda transportasi yang tersedia itu kereta wisata bernama Sangkara. Hari liburan pun akhirnya tiba. Purnama dan Kembang memasuki kereta Sangkara dengan antusias, dan disambut oleh pramugara kereta bernama Tekun (Fadly Faisal).
Namun, keanehan mulai muncul ketika kereta Sangkara mulai melaju. Keanehan muncul saat penumpang misterius bernama Ramla (Putri Ayudya) berusaha memperingati orang-orang. Purnama, Kembang, Tekun, dan Ramla akhirnya harus menempuh serangkaian aksi perlawanan supaya tetap selamat. Namun, waktu mereka semakin terbatas karena kereta segera sampai di terowongan terakhir.
Memiliki premis yang mengangkat tema liburan, film ini tentu saja memiliki sinematografi yang ciamik, yang berhasil memvisualkan keindahan alam Indonesia dengan begitu cantiknya. Kekuatan visual film ini memang cukup menonjol perihal memperlihatkan pemandangan alamnya. Kudos untuk sang sinematografer, Roy Lolang, yang telah berhasil menjalankan tugasnya tersebut dengan baik.
Dari segi production design, semuanya juga berhasil ditampilkan dengan baik. Banyaknya karakter dalam film ini juga disajikan dengan backstory yang meskipun sedikit, tapi tergambar dengan jelas. Rizal Mantovani juga dapat dengan sukses menyajikan shots dan atmosfer mistis yang sangat fungsional. Belum lagi isu penting seperti diskriminasi antar status sosial, pelestarian alam dan man-made disasters yang juga dibahas dengan bahasa sinema yang menarik.
Dan kini kita beralih ke elemen gore. Ya, Elemen gore di film ini menurut penulis cukup bisa diapresiasi. Bagi yang tidak terbiasa dengan adegan gore, sepertinya akan sukses dibuat tidak nyaman. Sebenarnya elemen gore yang terkandung di film ini masih dalam batas yang wajar, tidak terlalu mengerikan, tapi tetap saja, bagi sobat nonton yang berhati lemah, dijamin akan tetap terasa ngilu dan linu melihat penampakan-penampakan gore tadi.
Berbicara soal horror, tentu saja jumpscare menjadi salah satu elemen utama.
Nah, film ini kebetulan memiliki jumpscare yang hamper semua predictable, yang kemunculannya sudah bisa kita perkirakan sebelumnya. Namun, ada satu jumpscare yang paling beda dan ikonik yang harus sobat nonton tonton sendiri di layer bioskop. Mungkin bisa disebut satu-satunya jumpscare yang paling berhasil di film ini.
Untuk urusan akting, Hana Malasan dan Zara Leola bisa dikatakan berhasil dalama membawakan karakter kakak-adik yang sangat believable. Chemistry mereka berdua terasa sekali kedekatannya. Kakak-adik yang saling peduli. Pun begitu dengan Putri Ayudya yang berperan sebagai Ramla. Benar-benar patut diacungi jempol dalam aktingnya di film ini sebagai karakter yang "spesial".
Pada akhirnya, jika sobat nonton membutuhkan film horor dengan premis yang cukup menarik, dan tidak memiliki masalah dengan visual gore yang cukup brutal, maka film Kereta Berdarah ini bisa jadi pilihan yang menarik. Dan Selamat datang kembali Rizal Mantovani. Semoga setelah ini banyak film-film bagus lainnya yang bisa diproduksi dengan combo budget yang besar dan cerita yang mumpuni.