Review Janji Darah: Jalinan Ceritanya Oke, Tapi...
Baba Qina - Sabtu, 6 Juli 2024 08:32 WIBAda banyak sekali film Indonesia bergenre horor yang rilis di bioskop belakangan ini. Namun, ada berapa banyak yang konon terinspirasi dari kisah nyata? Kini sambutlah film berjudul Janji Darah yang berani menaruh embel-embel berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh sang produser sekaligus sutradara dari film ini, Sentot Sahid.
Janji Darah bercerita tentang pasangan suami istri, Rayhan (Emir Mahira) dan Sheren (Natasha Wilona), yang sedang berbahagia karena Sheren hamil setelah 1 tahun menikah. Namun, seiring bertambahnya usia kehamilan Sheren, ada teror gaib yang mulai menghantui dan membuat kehidupan mereka semakin menakutkan.
Rayhan khawatir dan meminta bantuan Tyas (Shabrina Luna), teman kantornya, untuk mengatasi gangguan makhluk tak kasat mata tersebut. Tyas ternyata memiliki kerabat yang bekerja sebagai paranormal dan bersedia membantu mengusir sosok gaib di rumah Rayhan.
Namun, Kasman (Kiki Narendra), kerabat Tyas tadi, justru tewas setelah melakukan ritual. Kematian Kasman membuat Rayhan dan Sheren semakin cemas. Curiga dengan sosok gaib yang mengganggu mereka, Rayhan teringat pada janji masa kecilnya dengan sepupunya, Dinda (Fergie Brittany), yang juga memiliki kemampuan indigo. Meskipun Dinda sudah meninggal, Rayhan mencurigai bahwa Dinda adalah sosok yang menghantui keluarganya saat ini untuk menagih janji lama mereka.
Well, mungkin film Janji Darah ini adalah salah satu film horor paling inkonsisten yang penulis tonton dalam beberapa waktu terakhir ini. Ada kalanya ia tampil hebat, terutama saat pendekatan horornya terasa begitu realistis. Tapi, tidak jarang filmnya diisi pakem-pakem melelahkan khas horor Indonesia kacangan era pertengahan 2000-an.
Naskahnya yang ditulis oleh Jujur Prananto juga coba memunculkan kesadaran mengenai berbagai isu. Namun lagi-lagi, presentasinya tak pernah digali secara mendalam. Belum lagi naskahnya juga terlihat begitu patah dan payah dalam hal menuntaskan misteri dan tujuan dari terornya itu sendiri.
Storyline dalam film Janji Darah sebenarnya amat sederhana, namun tetap memadai sebagai materi film horor berdurasi satu setengah jam. Masalahnya, Janji Darah berjalan lebih dari satu setengah jam. Walhasil guliran ceritanya menjadi luar biasa draggy. Andaikan editingnya bisa lebih padat lagi, maka presentasi film ini akan bisa jauh lebih intens.
Kekurangan lainnya yang paling fatal dari film ini adalah pada eksekusi visual efeknya. Ya, visual efeknya masih terasa mentah dan terasa belum selesai pengerjaannya. Apalagi scoring dan sound design jumpscarenya yang membuat ingin tutup kuping saking memekakkan telinganya. Belum lagi letak jumpscare tadi yang ditaruh sembarangan tanpa memikirkan timing yang pas dan sesuai.
Overall, Janji Darah memang masih dipenuhi oleh beragam kekurangan. Namun begitu, film ini masih memiliki beberapa poin plus, seperti jalinan ceritanya di beberapa bagian yang masih terasa cukup membumi untuk ukuran horor supernatural berbalut drama yang cukup kental.