Review Imam Tanpa Makmum: Punya Pengisahan yang Memikat dan Karakter-Karakter Menarik
Baba Qina - Jumat, 20 Oktober 2023 16:10 WIBPernah mengalami patah hati, selebriti Syakir Daulay akhirnya terinspirasi untuk membuat film bergenre drama remaja romantis yang relevan dengan kisah percintaan anak zaman sekarang dan dibalut dengan komedi serta mengandung banyak pesan moral dan agama di dalamnya. Film tersebut ia beri judul Imam Tanpa Makmum.
Imam Tanpa Makmum bercerita tentang seorang pemuda bernama Imam (Syakir Daulay) yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang gadis bernama Naira (Vonny Felicia), seorang pemain biola yang memiliki rumah singgah untuk anak jalanan. Imam memanggilnya Humaira, seperti panggilan sayang Nabi Muhammad SAW kepada istri tercintanya, Aisyah.
Hubungan keduanya semakin dalam, namun Imam harus menghadapi berbagai rintangan, termasuk tatkala sang Ibu (Cut Mini) tidak setuju hubungannya dengan Naira. Bukan tanpa sebab, ternyata Naira bekerja di tempat hiburan malam. Lantas, bagaimana kisah selanjutnya? Dapatkah Imam memperjuangkan cintanya? Apakah Naira adalah pasangan yang tepat untuk Imam?
Tidak mudah untuk menggarap sebuah film dengan naskah cerita yang berniat untuk mengangkat pesan maupun nilai moral keagamaan. Dengan pengembangan yang kurang handal, banyak di antara film-film yang mengemban nilai reliji tersebut kemudian berakhir dengan citarasa yang tendensius dalam penyampaian alur ceritanya. Beruntung, Imam Tanpa Makmum bukanlah salah satu film yang gagal dalam melaksanakan tugasnya tersebut.
Syakir Daulay yang di sini juga bertindak sebagai sutradara menyajikan filmnya dalam tuturan yang lembut namun tetap lugas sekaligus tegas melalui konflik serta dialog yang disampaikan oleh para karakter. Hal inilah yang membuat film ini kemudian dapat berbicara secara luas dan tidak terkungkung dengan elemen keagamaan yang dihantarkannya.
Selain hadir dengan penyampaian kisah yang memikat, linimasa cerita Imam Tanpa Makmum juga mampu menghadirkan barisan karakter yang terbangun dengan baik. Menariknya, karakter-karakter tersebut, dengan berbagai warna dan gambaran kepribadian, tidak pernah diberikan “penghakiman” sebagai sosok yang benar ataupun salah di sepanjang pengisahan filmnya.
Meskipun begitu, film ini tidak sepenuhnya luput dari beberapa kelemahan. Sejumlah konflik tampil dengan tingkat kematangan yang kurang memuaskan, seperti dimasukkannya unsur musikal dengan lagu dangdut yang terasa terlalu memaksa dalam penyampaiannya. Ritme pengarahan Syakir juga acapkali tampil terbata-bata. Banyak elemen kisah yang disajikan terburu-buru sehingga kurang mampu untuk mendapatkan sentuhan emosional yang lebih mendalam. Kualitas departemen produksi yang terasa jauh dari kesan istimewa turut menghadang film ini untuk tampil dengan potensi unggul yang lebih utuh.
Tapi di atas itu semua, kita patut memberikan kredit lebih kepada departemen akting film ini yang hadir dengan cukup meyakinkan. Chemistry antara Syakir dan Vonny mampu memberikan dorongan energi bagi alur pengisahan film. Belum lagi penampilan Cut Mini yang prima guna menghidupkan karakter yang ia perankan.
Walau jauh dari kesan sempurna, film penyutradaraan kedua dari Syakir Daulay ini bolehlah diberi sedikit pujian. Karena setelah menonton filmnya, hati dibuat terasa damai dengan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh tim pembuatnya. Benar-benar sebuah lompatan Syakir Daulay dari film pertamanya, Aku Bukan Jodohnya, yang memang masih memiliki banyak sekali kelemahan.