Review Hellboy: The Crooked Man: Punya Sajian Aksi Seru dan Menghibur, tapi Sedikit
Baba Qina - Minggu, 22 September 2024 08:00 WIBFilm terbaru Hellboy yang diberi judul Hellboy: The Crooked Man sudah tayang di bioskop seluruh Indonesia. Versi baru ini mengisahkan seorang parapsikolog bernama Bobbie Jo Song (Adeline Rudolph), yang ditugaskan untuk mengantarkan seekor laba-laba ke BPRD, namun harus meminta bantuan Hellboy (Jack Kesy) saat keadaan menjadi kacau.
Bersama-sama, keduanya melakukan perjalanan ke Appalachia. Di sana, mereka menemukan sebuah komunitas terpencil yang didominasi oleh para penyihir dan dipimpin oleh iblis lokal yang jahat, Crooked Man, yang telah dikirim kembali ke bumi untuk mengumpulkan jiwa-jiwa bagi iblis.
Menurut penulis, film yang disutradarai oleh Brian Taylor ini kurang memaksimal potensi cerita yang dimiliki oleh Hellboy itu sendiri. Alhasil, harus diakui bahwa kualitas cerita Hellboy: The Crooked Man tidak memiliki identitas kuat seperti Hellboy milik Guillermo del Toro. Versi terbaru ini bisa dikatakan sebagai cerita asli Hellboy dalam menemukan jati dirinya.
Selain itu, film ini berulang kali dihadapkan pada konflik serta dilema mengenai identitas serta jati diri Hellboy yang sebenarnya. Sayangnya, cerita yang terbilang ambisius dan potensial itu dirusak oleh aksi yang membosankan serta humor hambar yang gagal membuat tawa, setidaknya bagi penulis.
Menurut penulis, salah satu faktor yang membuat film Hellboy milik del Toro spesial tidak lain adalah keseimbangan antara aksi, humor serta perwujudan konflik dari dilema yang dirasakan Hellboy secara realistis dan relatable. Dan versi Brian Taylor ini tampaknya gagal pada setiap aspek tersebut.
Selain itu, sobat teater berpotensi merasa lelah dengan karakter Hellboy yang seperti sibuk dengan dunianya sendiri pada beberapa subplot di film ini. Menurut penulis, banyak dari subplot itu yang terasa tidak penting atau tak memiliki sebuah akhir yang memuaskan. Berbagai latar belakang cerita yang dituangkan lewat narasinya juga digulirkan secara kurang cermat.
Menurut penulis, dengan materi utama yang pada dasarnya sudah kaya, seharusnya hal-hal di atas dapat dihindari jika cerita adaptasinya sudah disiapkan dengan matang. Tapi sayangnya, dengan plot yang terasa kurang fokus, potensi yang dimiliki juga otomatis tidak tercapai. Belum lagi dari berbagai adegan aksi yang ditampilkan, hanya sedikit aksi yang tergolong memukau atau menghibur penonton.