Review Film Sumala: Hantunya Brutal dan Sadis!

Baba Qina - Sabtu, 28 September 2024 08:46 WIB

Dunia perfilman Indonesia rasanya tidak akan kehabisan ide dalam membuat film horor. Pada penghujung bulan September ini saja, kita kedatangan kembali film horor terbaru dari rumah produksi Hitmaker Studios berjudul Sumala. Film horor yang disutradarai oleh Rizal Mantovani ini pun diklaim berdasarkan kisah nyata di kabupaten Semarang.

Kisah dalam film Sumala dimulai pada tahun 1948, ketika Sulastri (Luna Maya), seorang istri kaya raya namun putus asa karena belum juga dikaruniai anak, membuat perjanjian dengan iblis demi mendapatkan keturunan. Ia setuju menyerahkan hal paling berharga jika keinginannya terpenuhi.

Akhirnya, Sulastri pun melahirkan bayi kembar bernama Kumala dan Sumala. Namun, kebahagiaan berubah menjadi malapetaka. Sumala lahir dengan cacat fisik mengerikan, dan suaminya, Soedjiman (Darius Sinathrya), memutuskan untuk membunuh bayi itu. Sumala meninggal tragis, sementara Kumala yang selamat tumbuh dengan tubuh cacat harus menghadapi siksaan dan hinaan dari masyarakat.

Kehidupan Kumala semakin kelam karena dianggap pembawa sial oleh keluarganya dan penduduk desa. Hingga suatu hari, arwah Sumala yang penuh dendam bangkit dari kubur untuk membalas kematiannya. Sosok Sumala muncul dengan wujud mengerikan dan menghantui mereka yang terlibat dalam penderitaan saudaranya.

Film Sumala bisa dibilang cukup berhasil dalam menjalankan fungsinya sebagai sebuah film horor, khususnya di segi elemen gore. Pasalnya, sosok hantu Sumala di sini memiliki cara yang sangat sadis untuk melukai hingga membunuh seseorang. Kesadisan sang hantu pun bisa dibilang menjadi daya tarik utama dari film ini.

Setiap adegan penyiksaan dari sang hantu cukup sukses tergambarkan dengan proses yang terlihat brutal. Apalagi, make-up prostetik atau efek visualnya memiliki kualitas yang terbilang baik sehingga menjadi terlihat seperti nyata. Rasanya sangat wajar jika sobat teater akan merasakan ngilu atau bahkan meringis ketika menyaksikan momen kesadisan sang hantu tadi.

Adegan kesadisan sang hantu bernama Sumala memang tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan durasi filmnya yang hampir mencapai dua jam. Namun, saking terlihat sadisnya, adegan tersebut dijamin akan menempel lama di ingatan setelah keluar dari studio bioskop.

Scoring bisa dibilang menjadi salah satu elemen penting dalam sebuah film, termasuk yang bergenre horor sekalipun. Nah, film Sumala ialah salah satu contoh yang coba menerapkan hal tersebut. Scoring dalam film ini benar-benar dihadirkan pada setiap adegannya nyaris tanpa putus. Jadi, di seluruh adegannya akan selalu ada backsound yang mengiringi momen yang sedang dialami oleh para karakternya.

Scoring tadi pun cukup membuat beberapa adegan pada filmnya jadi terasa lebih dramatis. Tak hanya itu, scoring tersebut juga membuat jantung kita akan lebih berdebar ketika menyaksikan sejumlah adegan horornya. Untuk itu, menurut penulis, sobat nonton sebaiknya memilih bioskop dengan kualitas audio terbaik jika berencana untuk menyaksikan film ini agar pengalamannya jadi terasa lebih maksimal.

Akhir kata, jika sobat teater sudah terbiasa dengan film-film horor buatan rumah produksi Hitmaker Studios dengan production value yang jor-joran, maka film Sumala tak dapat dilewatkan begitu saja. Terkhusus bagi sobat nonton penikmat tontonan horor dengan penuh adegan sadis yang akan membuat ngilu, maka Sumala dijamin akan menghilangkan dahaga sobat teater.