Review Film Rumah Dinas Bapak: Film Horor-Komedi dengan Konsep yang Fresh
Baba Qina - Sabtu, 10 Agustus 2024 08:12 WIBKomika bernama Dodit Mulyanto memang selalu saja menghadirkan kehebohan-kehebohan baru di dunia hiburan dengan gaya lawakannya yang khas dan begitu menghibur. Kini, Dodit bergabung bersama rumah produksi Starvision untuk bermain di film Rumah Dinas Bapak arahan Bobby Prasetyo yang diproduseri oleh Chand Parwez Servia. Film ini sendiri konon didasari oleh kisah nyata yang dialami langsung oleh sang komika semasa kecil dahulu.
Ya, film Rumah Dinas Bapak ini akan mengikuti kisah masa kecil Dodit Mulyanto yang pernah dibagikan di platform X serta berbagai podcast horor. Kisahnya sendiri adalah tentang pengalaman mistis yang dialami oleh Dodit Mulyanto dan keluarganya saat tinggal di rumah dinas bapaknya, yang merupakan pegawai Perhutani.
Diceritakan, rumah dinas bapak Dodit (Dodit Mulyanto) yang seorang polisi hutan berada di tengah hutan jati. Bersama dengan Ibu (Putri Ayudya), Mbak Lis (Yasamin Jasem), dan Mas Dewo (Elang El Gibran), Dodit kecil (Octavianus Fransiskus) harus ikut tinggal di rumah dinas sang ayah yang letaknya jauh di dalam hutan.
Rumah dinas tersebut ternyata memiliki halaman yang terdapat sebuah penjara yang konon digunakan untuk menghukum para blandong alias pembalak kayu. Namun, keanehan mulai dirasakan oleh keluarga Dodit terutama setiap malam Jumat Kliwon.
Keluarga Dodit pun mulai mengalami teror mengerikan, termasuk juga dua anak buah bapak, yaitu Sugeng (Sadana Agung) dan Kasno (Fajar Nugra). Teror seperti apa yang dialami oleh Dodit dan keluarganya? Dan bagaimana mereka menghadapi teror-teror mengerikan itu?
Sebenarnya, Rumah Dinas Bapak tidak bisa dibilang sebagai film yang buruk, pun juga tidak istimewa. Namun, jika melihat filmografi sang sutradara Bobby Prasetyo yang sebelumnya, maka boleh dibilang jika Rumah Dinas Bapak ini merupakan penebus dosa yang cukup layak.
Secara konten, Rumah Dinas Bapak sangatlah “teknis” sekali. Segala macam perihal teknis terlihat sangat dipikirkan baik-baik. Dari sisi editingnya pun dipikirkan baik-baik, hingga ke scoring-nya yang terdengar seperti menyomot sample dari serial Stranger Things untuk kemudian diaransemen ulang sehingga mood dari film ini menjadi terjaga dengan baik.
Unsur horornya mungkin tidak terlalu kuat, tapi Bobby Prasetyo jelas belajar banyak dari kesalahan di film-filmnya sebelum ini. Karena di film ini, Bobby justru tidak memamerkan parade jumpscare dengan gempuran musik yang keras, namun lebih mengandalkan timing, suasana, serta editing yang cukup efektif.
Dari segi komedinya pun tidak semonumental Agak Laen atau film yang baru-baru ini rilis, Sekawan Limo. Beberapa komedinya memang lucu tapi bukan komedi yang benar-benar bisa membuat terbahak-bahak. Menurut penulis, jenis komedi yang ditampilkan film ini merupakan jenis komedi yang akan sangat berhasil apabila ditonton bersama crowds yang tepat.
Overall, kita patut mengapreasiasi film bergenre horor yang cukup fresh seperti ini. Tapi, setelah banyaknya film yang dirilis dengan template serupa seperti ini di tahun ini, rasa-rasanya para sineas harus terus menggali kreativitas mereka, agar sub-genre ini tidak berkubang dalam template yang itu-itu saja.