Review Film Laura: Tak Sekedar Film tentang Laura

Baba Qina - Jumat, 13 September 2024 11:16 WIB
Review Film Laura: Tak Sekedar Film tentang Laura

Sobat teater tentu masih ingat dengan nama selebgram Laura Anna yang berjuang dalam menghadapi penyakit spinal cord injury atau cedera tulang belakang. Sebelumnya, ia bisa mendapatkan cedera tersebut karena sebuah insiden kecelakaan bersama mantan pacarnya. Karena cedera yang dialaminya tersebut, maka ia harus kembali ke pangkuan illahi di usianya yang masih sangat muda, 21 tahun.

Dan kini, rumah produksi MD Pictures mendapuk sutradara Hanung Bramantyo untuk mengangkat kisah nyata di atas tadi ke dalam sebuah film layar lebar berjudul Laura. Filmnya sendiri juga akan menceritakan kisah Laura Anna (Amanda Rawles) dan perjuangannya untuk bertahan hidup setelah mengalami kecelakaan bersama kekasihnya tadi. Namun, jika di kehidupan nyata kekasih Laura Anna diketahui bernama Gaga, maka dalam versi filmnya, nama pacar Laura diganti menjadi Jojo (Kevin Ardilova).

Hidup Laura yang bahagia dan ceria sebagai remaja yang populer di media sosial pun seketika berubah drastis akibat kecelakaan tersebut. Mirisnya, hanya Laura saja yang harus menanggung akibat fatal dari kecelakaan itu. Sementara Jojo hanya mengalami luka ringan yang tidak mengancam jiwanya.

Walau demikian, Laura Anna yang ditemani oleh keluarga dan temannya tetap semangat untuk bisa sembuh. Jojo sendiri masih tetap bersama Laura di saat sakitnya walau beragam konflik akhirnya mulai terjadi dan membuat hubungan mereka pun kandas.

Bagi sobat teater yang sebelumnya kurang familiar dengan kisah hidup mendiang sang selebgram, maka film ini akan tetap aman untuk langsung ditonton. Karena meski durasi perkenalan tokoh utama di awal tidak terlalu panjang, akan tetapi gambaran besar Laura ini seperti apa, bisa jadi populer karena apa, dan lain sebagainya mampu tersampaikan dengan cukup baik. Kredit lebih untuk penulis skenario Alim Sudio yang coba menuliskan ceritanya dengan cukup efektif.

Beberapa peristiwa di dalam film ini memiliki alur maju mundur, terutama di paruh awal film. Akan tetapi, alur maju mundur tersebut kelihatannya berfungsi sebagai cara si penulis naskah untuk memperkenalkan latar belakang kisah Laura, sekaligus sebagai supaya untuk menimbulkan rasa penasaran kepada sobat nonton atas peristiwa yang akan terjadi selanjutnya.

Kombinasi antara kisah perjuangan Laura ketika berjuang dalam melawan penyakitnya, betapa supportifnya pihak keluarga dan teman, dan betapa menyebalkannya si tokoh antagonis di sini nantinya akan membuat film ini benar-benar memberikan pergolakan emosi yang cukup intens di sepanjang filmnya.

Hal di atas tadi menjadi berhasil oleh karena ditunjang oleh performa akting yang luar biasa dari para aktornya, khususnya Amanda Rawles. Amanda benar-benar sanggup menghidupkan sosok Laura dengan sangat baik melalui range aktingnya yang istimewa. Rasa Simpati, gemas, haru, sedih, dan kagum seketika akan muncul ketika melihat sosok yang dimainkan oleh Amanda tersebut.

Pada akhirnya, film ini bukan hanya sekadar mereka ulang tragedi yang menimpa Laura, tapi juga turut menyelipkan pesan-pesan tentang betapa pentingnya bagi kita semua untuk berjuang melawan toxic relationship. Tak terbatas dari apa yang terjadi pada sosok Laura, tapi juga sebagai pengingat bagi siapapun yang menonton film ini.