Review Film Kampung Keramat, Horor yang Kental Budaya Lokal

Reskia Ekasari - Rabu, 19 Februari 2025 09:52 WIB
Review Film Kampung Keramat, Horor yang Kental Budaya Lokal

Kampung Keramat jadi salah satu film horor Indonesia yang turut meramaikan bioskop sejak 13 Februari lalu. Film ini bukan sambungan dari film Keramat yang rilis tahun 2009 yang pernah booming.

Ceritanya sendiri tentang Maya yang lumpuh setelah kecelakaan dan harus pergi ke Kampung Bekandang untuk mendapat penyembuhan dari dukun. Dari sinilah cerita horor pun bermula, seperti apa reviewnya, yuk, mari simak!

Cerita Kampung Keramat yang Menonjolkan Budaya Lokal

Hal menarik dari film ini adalah konsepnya yang mengusung penyakit gaib, yaitu Maya yang kerasukan hantu jenglot.

Konsep ini sudah jadi budaya lokal yang terkenal, di mana banyak kampung dengan dukun yang bisa menyembuhkan penyakit gaib.

Kambing Bekandang yang jadi tujuan penyembuhan Maya bersama keluarganya, merupakan kampung mistis. Ini juga yang sering muncul dalam film horor lain seperti Desa Penari atau film Kafir.

Plus Minus Adegan, Akting dan Setting Kampung Keramat

Bukan hanya kental akan budaya lokal, tapi ada beberapa adegan yang membuat film ini semakin mencekam. Tapi, ada juga sisi minus dari beberapa setting dan akting pemainnya.

1. Adegan yang Emosional

Ada beberapa adegan yang emosional yang mendalam, yaitu saat Naufal Samudra yang memerankan Erlan (kakak Maya) marah di tengah kuburan. Saat itu adegan hujan deras dan dengan petir yang tampak nyata menyentuh hati penonton.

Termasuk adegan rumah terbakar yang tampak realistis. Adegan seperti ini masih cukup jarang di film horor karena tidak menggunakan CG.

2. Akting Aktor Kawakan yang Mendukung Suasana Horor

Kesan horor justru malah sangat terasa oleh hadirkan aktor kawakan Egy Fedly dan Yati Surachman.

Keduanya memerankan kakek dan nenek Maya yang memberikan saran untuk mendapat penyembuhan ke dukun di Kampung Bekandang.

Kolaborasi aktingnya mendukung cerita semakin mencekam, apalagi saat ketahuan bahwa dukun di desa tersebut justru menjadikan Maya sebagai tumbal.

Setting yang Terlihat Kosong

Saat kamu menonton Kampung Keramat, pasti akan merasakan sesuatu yang kurang yaitu pada bagian setting. Artistik tempat tidaklah mendukung karena terasa sangat kosong.

Seperti pada rumah besar yang ditempati keluarga Maya, tidak ada barang yang dapat memperkuat karakter, layaknya di film Pengabdi Setan.

Bahkan setting desanya sangat sepi dengan rumah yang tidak seperti layaknya kampung.

3. Make Up yang Kurang Mencekam

Bisa dibilang, make up dalam film juga masih terasa kurang horor. Jika dilihat, make up justru seperti sinetron misteri Mak Lampir, yang terasa sangat dibuat-buat dan tidak mencekam.

Terutama make up dari dukun, yang justru berbeda dengan konsep dukun modern yang tampilannya bersih. Justru dengan kurangnya kualitas make up, membuat film tidak terasa menakutkan.

Jadi, apakah kamu tertarik untuk menonton film Kampung Keramat. Meskipun masih banyak kekurangan, film ini bisa kamu tonton untuk mengisi waktu luang, meskipun jangan berekspektasi dengan kualitasnya seperti film horor Indonesia yang terkenal.