Review Film Hidden Strike: Seru, Lucu dan Menegangkan

Film perdana yang menyatukan Jackie Chan dan John Cena dalam satu layar, Hidden Strike, sedang tayang di bioskop seluruh Indonesia. Berkisah tentang dua mantan tentara pasukan khusus, Luo Feng (Chan) dan Chris Van Horne (Cena), yang harus mengawal sekelompok warga sipil di sepanjang "Jalan Raya Kematian" di Baghdad menuju Zona Hijau yang aman.

Menurut penulis, terlepas tidak ada hal baru yang ditawarkan film yang disutradarai oleh Scott Waugh ini, Hidden Strike tetap menjadi sajian action yang layak ditonton. Ya, Layar lebar ini memang tidak menyuguhkan kisah yang rumit, melainkan rangkain aksi-aksi seru nan menegangkan dan komedi yang mengocok perut.

Di bagian action, sobat teater akan dimanjakan dengan adegan baku hantam, tembak-tembakan, aksi kejar-kejaran, sampai ke ledakan demi ledakan yang dibuat tidak main-main. Beberapa adegan aksinya juga mengingatkan penulis pada film Mad Max yang berlatar padang pasir dengan pace yang cukup cepat memacu adrenalin.

Ada pula adegan yang melibatkan truk dengan roket yang pastinya akan langsung mengingatkan sobat pada sekuen di Fast And Furious. Sedangkan untuk urusan aksi tangan kosongnya, terutama dari Jackie Chan, aktor berusia 69 tahun itu masih mampu menghibur para penontonnya dengan prima.

Mulai dari adegan melompat gedung, mobil, sampai ke pertarungan di dalam lautan busa yang dijamin bakal membuat sobat teater geleng-geleng kepala saking takjubnya. Dan itu semua masih mampu dilahap dengan baik oleh Jackie Chan.

Sedangkan dari sisi komedi, menurut penulis, kolaborasi antara Jackie Chan dan John Cena ternyata harus diakui cukup menghibur, baik ketika mereka sendiri ataupun sewaktu diduetkan dalam satu frame. Berbagai humor yang disuguhkan juga dijamin bakal menggelitik sobat teater, mulai dari mulai ocehan ataupun dialog yang dilontarkan sampai ke bahasa tubuh dari kedua aktor tersebut.

Adapun terkait unsur dramanya, Hidden Strike pada dasarnya bisa memberikan porsi lebih banyak untuk hubungan antara Luo Feng dengan putrinya, Mei (Chunrui Ma), guna memancing rasa empati dari penonton terhadap mereka berdua. Sayangnya, hal itu tidak dilakukan lantaran memang tidak begitu berpengaruh besar pada garis besar cerita secara keseluruhan.