Review Film Dosen Ghaib: Egi Fedly Tampil Memukau

Baba Qina - Sabtu, 17 Agustus 2024 10:12 WIB
Review Film Dosen Ghaib: Egi Fedly Tampil Memukau

Rumah produksi Dee Company kembali merilis film keduanya di tahun ini yang berjudul Dosen Ghaib: Sudah Malam Atau Sudah Tahu, setelah film Vina: Sebelum 7 Hari yang tayang beberapa bulan lalu yang menjadikan filmnya sebagai salah satu film terlaris di tahun 2024 ini meskipun menuai beberapa kecaman masyarakat.

Di film Dosen Ghaib kali ini, Dee Company menawarkan sebuah cerita dari adaptasi utas yang pernah viral beberapa waktu silam walaupun utas tersebut hanya sepenggal cerita saja. Kisah tersebut pada intinya menuturkan tentang pengisi mata kuliah yang diketahui adalah makhluk gaib setelah seorang mahasiswa melihat kakinya tak menapak tanah.

Dalam film ini, sosok pengisi mata kuliah itu bernama Pak Basuki (Egi Fedly). Ia dikenal sebagai dosen galak yang sering memberi mahasiswa nilai jelek tanpa alasan yang berdasar. Hal tersebut dialami oleh Amelia (Ersya Aurelia), Emir (Rayn Wijaya), Maya (Annette Edoarda), dan Fattar (Endy Arfian). Keempat mahasiswa ini dinyatakan gagal dalam mata kuliah Pak Bakti dan diperintahkan untuk mengikuti semester pendek, yang dilangsungkan di kampus saat musim libur.

Empat mahasiswa itu mengikuti kuliah dengan kondisi kampus kosong dan sepi. Saat proses pembelajaran berlangsung, salah satu dari mereka melihat Pak Bakti tidak menapakkan kakinya di tanah ketika berdiri. Sejak adanya dosen gaib datang, suasana kelas berubah.

Para mahasiswa maupun dosen lain pun seperti merasa diintai, mulai dari melihat penampakan hingga mengalami gangguan saat proses belajar mengajar, baik di kampus maupun di rumah. Lantas, bagaimana cara insan kampus mengatasi teror tersebut?

Seperti yang penulis singgung di atas tadi, bahwa film ini memang berasal sepenggal utas yang coba diuraikan menjadi sebuah film panjang oleh Guntur Soeharjanto sebagai sutradara dan Evelyn Afrilia sebagai penulis skenario. Memang mengalihwahanakan cerita singkat sangatlah tricky, di mana mereka berdua haruslah menguraikan semua hal tentang teror, background sang dosen, dan kompleksitas cerita agar terlihat menarik dan relate bagi penonton.

Namun, ada beberapa hal yang menjadi catatan tentang penulisan skenario tadi. Mencoba memberikan pesan moral tentang mental health sebenarnya bagus, namun eksekusi yang ada ternyata kurang dimaksimalkan pada salah satu karakter kuncinya, sehingga penonton mungkin akan kurang dapat bersimpati pada karakter tersebut.

Hanya saja, secara keseluruhan, cerita film Dosen Ghaib ini lebih baik ketimbang banyak film horor lainnya di tahun ini, karena film ini sedikit lebih baik dalam sajian teror yang ada. Treatment-nya juga cukup oke untuk merujuk benang merah tentang apa yang terjadi dengan dosen setan tadi. Semua diuraikan satu per satu hingga datang saatnya konklusi di babak akhir filmnya.

Overall, film Dosen Ghaib ini memang belum sempurna dalam hal bercerita, namun jika dibandingkan dengan film-film horor produksi Dee Company lainnya, pastinya film ini sudah berada dalam level yang berbeda. Dengan penggambaran Dosen Ghaib yang sungguh creepy, film ini menjadi sebuah sajian yang menarik untuk ditonton, apalagi ditunjang oleh kualitas akting seorang Egi Fedly yang mumpuni sebagai sang dosen ghaib, maka sayang rasanya jika tidak melihat akting beliau yang totalitas di film ini.