Review Drop, Kala Kencan Pertama Menjadi Teror Penuh Petaka

Tim Teaterdotco - Senin, 28 April 2025 09:11 WIB
Review Drop, Kala Kencan Pertama Menjadi Teror Penuh Petaka

Bagaimana jadinya jika kencan pertama di sebuah restoran mewah berubah menjadi teror? Itulah konsep menarik yang ambisius dari Drop, sebuah film thriller karya Christopher Landon yang terkenal dengan Happy Death Day.

Semenjak penayangan perdana di SXSW TV & Film Festival 2025, film ini telah mengundang antusias publik. Terlihat dari kritikus yang begitu memukau konsep ini berhasil tersaji sebagai thriller yang apik.

Apakah hype besar seperti itu membuat film produksi Universal Pictures dan Blumhouse ini layak masuk ke watchlist kamu? Mari simak review ini lebih lengkap terlebih dahulu.

Sinopsis Drop

Drop (2025) bercerita tentang Violet (Meghann Fahy) yang kembali masuk ke dalam dunia kencan. Sebelumnya, sang suami yang kini sudah meninggal sering kali melakukan tindakan kekerasan terhadap dirinya.

Akhirnya, ia memutuskan untuk melakukan kencan pertama meski masih trauma atas masa lalunya. Selagi melakukannya, sang adik, Jen (Violett Beane), mengawasi Toby, sang anak, di rumah.

Kencan tersebut berlangsung di restoran mewah di sebuah gedung pencakar langit. Ia menemui Henry (Brandon Sklenar), sosok fotografer yang ia kenal melalui sebuah aplikasi kencan.

Awalnya, semua berlangsung secara mulus. Namun, ia mulai menerima Digi-Drops dari pengirim yang tak dikenal. Digi-Drops tersebut berupa meme yang lama-kelamaan terkesan sebagai pesan ancaman.

Violet pun berupaya untuk mengabaikan pesan tersebut, tetapi sang pengirim justru menyampaikan bahwa Jen dan Toby terbunuh. Apalagi, terdapat pria bertopeng yang telah menyusup ke rumahnya.

Sang pengirim meminta agar Violet membunuh Henry jika ingin menyelamatkan Toby. Ia juga bahkan tidak boleh memberitahu ancaman ini kepada siapapun.

Apakah Violet rela mematuhi perintah sang pengirim demi menyelamatkan keluarganya? Lantas, mengapa sang pengirim menyuruhnya untuk membunuh Henry?

Review Film Drop

Dari yang terlihat, premis ini sebenarnya terbilang cukup sederhana. Tetapi, eksekusi dari jalan cerita berhasil mengundang ketegangan penonton pada setiap momen.

Terlebih, latar tempat berhasil menonjol secara cerdas sehingga menjadikan atmosfer lebih kuat. Terutama lokasi kencan pertama, sebuah restoran di gedung pencakar langit, begitu memukau dengan pemandangan megah.

Apalagi, Meghann Fahy juga berhasil membawakan karakterisasi Violet sebagai sosok wanita yang rapuh dan penuh trauma. Alhasil, penonton bisa merasa simpati dan relatable pada sang protagonis.

Namun, ketika identitas sang pengirim telah terungkap, eksekusi adegan menuju klimaks terkesan terasa cukup berlebihan. Setidaknya, intensitas tetap konsisten terbangun sejak adegan ancaman mulai menghantui.

Drop film sudah sangat sukses menyajikan premis sederhana dengan elemen teror dari gadget modern. Apalagi, visualnya pun terasa kuat sehingga bukan sekadar pendukung, melainkan membantu membangun intensitas setiap adegan.

Kalau semakin penasaran dengan Drop, kamu bisa menontonnya di bioskop kesayangan kamu.