Review Dilan 1983 Wo Ai Ni: Tampilkan Sisi Lain Dilan
Baba Qina - Senin, 17 Juni 2024 09:36 WIBTahun 1983, setelah satu setengah tahun tinggal di Timor Timur, Dilan kembali ke Bandung. Dilan pun kembali bertemu dengan teman-teman lamanya di SD tempat dulu dia sekolah. Tapi, ternyata ada murid baru pindahan dari Semarang, namanya Mei Lien, gadis keturunan Tionghoa. Ini mungkin buku tentang cinta monyet biasa, yang banyak dialami manusia normal di dunia.
Tak ada cinta-cintaan karena masih SD, tapi Mei Lien telah membuat Dilan jadi belajar bahasa Mandarin dan tertarik membaca buku yang membahas tentang China. Bandung masih sunyi waktu itu. Zaman di mana Dilan juga mengalami adanya peristiwa Penembakan Misterius, meletusnya Gunung Galunggung, dan Gerhana Matahari Total.
Setidaknya sebagian besar memang begitu, menjadi rasa syukur untuk kenangan yang disimpan di dalam hati bagaikan kutipan hikmah di hari ini: "Inilah bumi, tempat pencarian abadi mengetahui diri sendiri, menemukan hal ajaib yang tersembunyi di dalam diri dan Tuhan di saat sunyi."
Itulah kisah yang tersaji dalam produksi terbaru Falcon Pictures berjudul Dilan 1983 Wo Ai Ni. Menurut penulis, film ini terbilang menarik dalam mengisahkan sosok Dilan yang tak melulu soal cinta dan pacaran layaknya film-film sebelumnya.
Ya, film ini lebih fokus pada kehidupan Dilan bersama dengan keluarga dan teman-temannya ketimbang usaha dia dalam mendekati Mei Lien. Jajaran pelakon utamanya pun mampu bermain dengan apik. Muhammad Adhiyat, Keanu Azka, Ferdy Adriansyah, serta Sultan Hamonangan sukses menunjukkan chemistry yang kuat dan meyakinkan sebagai 4 sekawan di layar lebar.
Para pemeran pembantunya pun terbilang tampil sangat solid. yang sukses bermain dengan luwes sampai di titik mampu menghibur kita semua, sekalipun kita pastinya sudah tahu akan ke arah mana jalan ceritanya, mengingat film ini konon tidak mengubah satu pun naratif dari novel aslinya.
Dilan 1983 Wo Ai Ni sejatinya memang murni film yang akan mengajak audiensya bersenang-senang kala menontonnya. Konfliknya setipis kertas, malah mungkin nyaris tidak ada konflik yang berarti sama sekali di film ini. Benar-benar film yang mengajak satu keluarga beserta anak-anak untuk have fun dan bernostalgia tatkala kita masih kanak-kanak dahulu.
Dari segi desain produksi, Dilan 1983 Wo Ai Ni juga berhasil menggambarkan suasana kehidupan tahun 1983 dengan cukup nyata, khususnya saat shot senja hari dan saat scene di mana Dilan berkeliling di jalanan kota Bandung. Pewarnaan dan penggambarannya mungkin bisa membuat kita seperti bernostalgia, khususnya bagi sobat nonton yang benar-benar hidup di sana dan di tahun tersebut.
Overall, Dilan 1983 Wo Ai Ni pun terbilang berhasil menjadi film yang hangat dan sangat ringan, bahkan cenderung akan mengingatkan sobat teater dengan kehangatan yang terpancar dalam film Keluarga Cemara. Walaupun masih ada beberapa kekurangan, namun film ini tetap cocok untuk ditonton apabila sobat teater masih bingung ingin menyantap film apa di libur panjang akhir pekan kali ini.