Review Catatan Harian Menantu Sinting: Salah Satu Film Terbaik dari Raditya Dika

Baba Qina - Sabtu, 20 Juli 2024 18:09 WIB
Review Catatan Harian Menantu Sinting: Salah Satu Film Terbaik dari Raditya Dika

Film Indonesia memiliki cerita yang beragam. Dari kisah cinta romantis, horor, hingga budaya yang dianut dalam kehidupan masyarat. Salah satu tema budaya atau adat istiadat yang beberapa kali diangkat ke dalam film adalah adat suku Batak. Dalam beberapa tahun terakhir, film bertema Batak memang mewarnai bioskop Tanah Air dan cukup disukai penonton.

Salah satu film Indonesia teranyar yang coba mengangkat premis tadi adalah sebuah film berjudul Catatan Harian Menantu Sinting yang diangkat dari buku laris berjudul sama. Catatan Harian Menantu Sinting sendiri mengisahkan tentang pasangan suami istri asal Batak bernama Minar (Ariel Tatum) dan Sahat (Raditya Dika). Perjalanan pernikahan mereka pun dengan lika-liku, terlebih dengan kehadiran ibu Sahat (Lina Marpaung) yang disapa Mamak Mertua.

Tak pernah akur, Minar dan Mamak Mertua memiliki perbedaan pendapat hingga sering terlibat konflik. Minar serta Sahat pun harus mengatasi permasalahan rumah tangga mereka yang kerap berakhir dengan kejadian konyol. Kenyadian konyol apakah itu?

Bisa dibilang, Film Catatan Harian Menantu Sinting berhasil mengadaptasi bukunya ke versi film dengan sangat baik. Dengan membawa budaya Batak yang kental, terlihat film ini sangat meng-highlight upacara dan adat Batak lewat shot-shot yang menarik dan bermakna. Budaya Batak tersebut otomatis juga menjadi pondasi yang kuat dalam bercerita.

Konflik yang diangkat oleh film ini juga relate dengan beberapa kalangan masyarakat, dengan ada mertua yang selalu mengurusi kehidupan pernikahan anaknya. Dan sebagai film yang mengangkat budaya Batak, elemen tersebut juga dimasukkan sebagai landasan cerita, seperti anak laki-laki yang harus memiliki keturunan untuk meneruskan marga, dan lain sebagainya. Sayangnya, konflik ringan tersebut masih diakhiri dengan konklusi yang kurang meninggalkan kesan karena mudah ditebak.

Akting para pemain bisa dibilang oke dan yang paling mencuri perhatian tentu saja adalah akting yang ditampilkan oleh Lina Marpaung. Dari logat, dialog, sampai ekspresi beliau terlihat sangat natural. Sinematografinya juga sangat cantik terutama pada pengambilan gambar ketika upacara adatnya. Belum lagi banyak long take yang cukup tricky yang dihadirkan di sini.

Pada akhirnya, Catatan Harian Menantu Sinting bisa dikatakan sebagai salah satu film terbaik dari Raditya Dika. Karena jika dibandingkan dengan karya-karyanya terdahulu, film ini masih jauh terasa lebih organik dalam berkomedi dan memperkenalkan budaya dan upacara upacara Batak yang ternyata bukan main banyaknya.