Review Bangsal Isolasi: Berani Hadirkan Cerita Berbeda, Tapi...
Baba Qina - Minggu, 28 Juli 2024 09:12 WIBMeski film-film yang bersetting di dalam penjara sering menggambarkan kehidupan kelam para narapidana, namun ada beberapa film yang justru menawarkan sudut pandang yang unik dan sarat akan pesan moral, seperti yang dihadirkan oleh film Indonesia terbaru berjudul Bangsal Isolasi.
Film Bangsal Isolasi akan mengikuti kisah mendebarkan Weni (Kimberly Rider), seorang jurnalis yang nekat menyamar menjadi narapidana demi untuk mengungkap kasus kematian adiknya di sebuah lapas perempuan. Pada awalnya, kematian adik Weni ini tampak biasa saja. Namun setelah dilakukan otopsi, ditemukan sesuatu yang mengganjal.
Hingga seiring dengan berjalannya waktu, Weni sampai pada sebuah ruang isolasi yang menyimpan rumor mengerikan. Rumornya, siapa pun yang masuk ke dalam bangsal isolasi tersebut akan berakhir dengan kematian tragis.
Seperti yang kita tahu, jarang sekali ada film yang berlatarkan di tempat penyekapan para narapidana seperti ini. Namun, setelah mengikuti perjalanan cerita dari film ini, sebetulnya film ini lebih mengarah ke genre thriller misteri sih ketimbang horornya itu sendiri.
Namun sayangnya, film Bangsal Isolasi terlihat membuang begitu banyak potensi yang harusnya bisa dimaksimalkan karena film ini memiliki segala materi yang dibutuhkan. Padahal, secara ide cerita, production design, dan musiknya sudah sangat bagus sekali.
Penulis melihat hal di atas tadi bersumber dari sisi eksplorasi yang tidak dilakukan oleh sang sutradara. Begitu banyak ruang gerak yang bisa dia ciptakan, dari permainan kamera bahkan ketika sisi aksinya yang tidak dieksplor lebih jauh lagi. Belum lagi dari sisi cerita yang sepertinya enggan untuk digali lebih dalam lagi.
Penulis pun enggan untuk menyalahkan durasi filmnya yang memang hanya 1 jam 16 menit. Tapi ya bagaimana lagi, apakah karena durasinya yang pendek maka eksplorasinya menjadi minim? Ataukah dari faktor budgetnya yang justru minim?
Padahal, ada beberapa adegan dan karakter yang sudah di-build-up dengan cukup intens dan solid. Namun, ada beberapa karakter lain yang seharusnya bisa menjadi penyelamat film ini, justru malah dibuat bernasib naas. Setting Bangsal Isolasi pun hanya menjadi semacam tempelan semata. Tidak ada pendekatan mengenai bangsal yang katanya terkutuk itu.
Pada akhirnya, penulis masih memberi apresiasi lebih kepada tiap rumah produksi yang berani memproduksi cerita yang agak beda dari film-film bergenre sejenis lainnya. Tapi sayangnya, film ini seakan masih terjebak oleh konsep yang muluk namun dengan eksekusi yang masih di bawah standar. Sungguh sayang.