Review Arwah Sinden: Kala Renovasi Rumah Tua Jadi Mimpi Buruk
Reskia Ekasari - Rabu, 19 Maret 2025 08:16 WIB
Mengikuti tren film horor Indonesia dengan elemen budaya lokal, Arwah Sinden tampaknya memiliki ambisi sangat besar untuk menghibur penonton. Tidak sembarang memiliki elemen horor, tetapi juga menawarkan pendekatan budaya Jawa begitu dalam.
Tidak tanggung-tanggung, terdapat elemen budaya Jawa begitu kental. Mulai dari musik gamelan, nyanyian sinden, hingga bahasa Jawa. Ditambah misteri rumah tua penuh rahasia gelap, terlihat premis tersebut menjanjikan kengerian.
Film garapan Ubay Fox ini sekaligus menjadi karya debut PH Vision Tama Futurindo. Tetapi apakah debut mereka terbayarkan dengan eksekusi premis yang menjanjikan seperti ini?
Sinopsis Arwah Sinden
Empat sosok mahasiswa arsitektur, Dea (Ismi Melinda), Fanya (Tyara Vanesha), Nike (Ade Kurnia), dan Sergi (Rendy Septino) mendapat tugas untuk merenovasi sebuah rumah tua.
Rumah tua tersebut merupakan bekas padepokan sinden. Ditambah, rumah tersebut memiliki sebuah ruangan terlarang yang hanya boleh dimasuk si pemilik.
Keempatnya berpikir proses renovasi tersebut akan berlangsung secara mulus. Mereka hanya mementingkan cukup membongkar segala yang ada, kemudian melakukan desain ulang.
Kenyataannya, rumah tersebut memiliki rahasia gelap. Rahasia tersebut membuat keempat mahasiswa itu harus seperti bermain petak umpet. Kali ini, mereka bermain dengan gangguan dari makhluk gaib.
Gangguan tersebut akibat dari semacam “kiriman” dari Kliman (Yama Carlos), sosok mandor pembangun rumah tersebut.
Ia akan melakukan apapun untuk tetap mengubur rahasia kelam tersebut, terutama menggagalkan proses renovasi itu.
Dulu, rumah tua itu sebelumnya ditempati dua bersaudari, Fatma dan Melati.
Fatma sangat iri ketika Melati mendapatkan kasih sayang lebih dari sang ibu. Iri dengki tersebut berubah menjadi kecemburuan ketika Kliman lebih memilih Melati.
Padahal Fatma justru sangat mencintai Kliman. Demi mendapatkan pria tersebut, ia rela membunuh Melati sekejam-kejamnya.
Sejak saat itu, arwah Fatma tidak menjadi tenang. Akibatnya, ia selalu menghantui rumah tua tersebut.
Apakah keempat mahasiswa arsitek yang seharusnya merenovasi rumah tua tersebut bisa bertahan? Siapa yang akan selamat?
Review Arwah Sinden
Secara konsep, kisah Arwah Sinden terlihat begitu fresh. Eksekusinya sangat tampak bahkan dari menit pertama.
Mulai dari visual latarnya, sutradara sampai rela melakukan syuting di Gunung Papandayan, Garut. Tampaknya pemilihan lokasi syuting ini memperkuat kesan mistis dan menegangkan.
Tetapi kekuatan terbesarnya terdapat pada elemen budaya Jawa tradisional. Mengingat ini merupakan Arwah Sinden film, nyanyian sinden dengan alunan gamelan harus ada. Keduanya bisa terdengar secara kental.
Selain itu, penggunaan bahasa Jawa seperti otentik dan natural. Alhasil, ini menjadikan latar rumah tua peninggalan sinden semakin hidup.
Terakhir, mungkin kamu belum terlalu familiar dengan mayoritas aktor yang berperan dalam filmnya. Namun, semuanya mampu memberikan performa secara natural yang menjadikannya enjoyable.
Jika ingin menikmati film horor dengan elemen lokal yang fresh, Arwah Sinden layak untuk masuk watchlist. Kini, filmnya sedang tayang di bioskop.