Review A Quiet Place: Day One: Sama Bagusnya Seperti Dua Pendahulunya
Baba Qina - Minggu, 30 Juni 2024 21:30 WIBSalah satu sekuel paling nanti tahun ini, A Quiet Place: Day One, sudah tayang di bioskop seluruh Indonesia. Film ini menceritakan awal mula munculnya wabah makhluk mematikan dan hilangnya kehidupan masyarakat, mengungkap asal-usul taktik bertahan mereka yang hening dan langkah-langkah putus asa yang diambil untuk melindungi orang yang mereka sayangi di dunia di mana suara berarti kematian.
Menurut penulis, layaknya sebuah sekuel, yang sekaligus merupakan sebuah prekuel, Michael Sarnoski tentu saja menyajikan A Quiet Place: Day One dengan penataan cerita yang lebih megah dari pendahulunya, menghadirkan lebih banyak karakter, mengambil latar belakang lokasi yang lebih bervariasi, serta penggunaan tatanan efek audio maupun visual yang lebih rumit.
Bukan berarti Sarnoski lantas meninggalkan esensi kesederhanaan maupun keintiman kisah yang dahulu mampu membuat A Quiet Place I dan II terasa begitu efektif dalam memainkan emosi para penontonnya. A Quiet Place: Day One masih memberikan fokus yang utuh pada dinamika hubungan yang terbentuk antar karakter utamanya.
Tapi, secara perlahan, naskah cerita yang juga digarap oleh Sarnoski ini turut memberikan ruang bagi perkembangan cerita dan konflik-konflik lain yang telah maupun akan dihadirkan.
Sobat teater juga akan diberikan kisah pendukung tentang bagaimana hari pertama terjadinya serangan makhluk asing, gambaran akan apa sebenarnya makhluk asing tersebut, bagaimana kondisi manusia lainnya saat terjadinya serangan, serta bagaimana upaya karakter-karakter utama dalam linimasa cerita maupun karakter-karakter manusia lainnya berusaha untuk menyelamatkan diri atau melanjutkan kehidupan mereka.
Pada saat yang sama, sebagai film yang menghadirkan cerita yang merupakan jembatan bagi cerita yang akan dihadirkan selanjutnya, sulit untuk mengingkari fakta bahwa A Quiet Place: Day One sering terasa stagnan dalam bertutur, guna menyimpan sejumlah misteri untuk kemudian dibuka pada paruh penceritaan selanjutnya. Hal ini yang membuat sejumlah kejutan yang dihadirkan pada film ini, khususnya yang memiliki tata eksekusi yang hampir serupa dengan film sebelumnya, tidak lagi dapat berdampak sama efektifnya seperti ketika dihadirkan pada dua film pendahulunya.
Meski begitu, hal tersebut bukanlah sebuah kelemahan yang benar-benar mengganggu lantaran Sarnoski tetap berhasil membangun tiap konflik yang dihadirkan dalam A Quiet Place: Day One dengan cukup baik, mengeksekusi momen-momen ketegangan dengan matang, sekaligus tetap menghadirkan "pesan moral" yang emosional akan para manusia yang rela melakukan apapun demi memberikan yang terbaik bagi sesamanya.
Overall, kualitas penceritaan A Quiet Place: Day One sanggup hadir dengan cukup memuaskan dalam bersanding mendampingi kualitas penampilan dua film sebelumnya, sekaligus mampu kembali membuat penontonnya menunggu apa yang akan terjadi pada semesta film ini selanjutnya.