Paku Tanah Jawa Segera Rilis, Ungkap Urban Legend Gunung Tidar

Irvan Daniansyah - Rabu, 29 Mei 2024 08:21 WIB
Paku Tanah Jawa Segera Rilis, Ungkap Urban Legend Gunung Tidar

Urban legend yang menggetarkan, Paku Tanah Jawa, siap menghantui layar bioskop Indonesia. Dengan pengambilan latar belakang cerita di Gunung Tidar, film ini menjadi buah karya dari Armani Entertainment dengan Bambang Drias sebagai sutradaranya.

Penayangan perdana film ini dijadwalkan mulai 6 Juni 2024 di seluruh bioskop di Indonesia. Yuk kita kepoin lebih lanjut beberapa informasi menarik tentang film Paku Tanah Jawa ini!

Awal Mula Ide Cerita

Proses pembuatan ide cerita film Paku Tanah Jawa tidak hanya sekadar berawal dari inspirasi semata. Melainkan, merupakan hasil dari riset yang mendalam tentang keberadaan Gunung Tidar sebagai pusat kekuatan dan kesaktian di Pulau Jawa.

Tim produksi telah menjelajahi berbagai aspek kepercayaan dan mitos yang berkembang di sekitar gunung tersebut. Dari hasil riset ini, tim mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang budaya dan kepercayaan masyarakat sekitar.

Bambang Drias, sutradara film ini, mengungkapkan, "Dari situlah akhirnya kami punya ide dan kita kembangkan. Meskipun cerita tentang Gunung Tidar tidak begitu banyak diangkat, film ini cukup relevan dengan kehidupan saat ini, terutama dalam hal pesugihan dan praktik klenik lainnya.”

Kisah Ningrum : Menghadapi Teror Gaib

Kisah yang diangkat dalam Paku Tanah Jawa mencerminkan konflik yang dialami oleh karakter utamanya, Ningrum. Ningrum, seorang gadis muda yang harus berhadapan dengan pandangan negatif dari masyarakat sekitar karena ibunya, Handini, terlibat dalam praktik pesugihan yang kontroversial.

Kehidupan Ningrum semakin rumit ketika Jalu, kekasihnya, terjebak menjadi tumbal bagi praktik-praktik gelap yang melibatkan ibunya. Konflik yang dihadapi Ningrum tidak hanya terbatas pada dimensi fisik, tetapi juga memasuki ranah spiritual. Hingga pada akhirnya, ia mendapatkan petunjuk dan bantuan dari seorang Kyai yang memberikannya senjata spiritual untuk melawan kegelapan yang mengancam.

Pendekatan Unik Masayu Anastasia dengan Ular

Peran Handini, sang ibu dalam film, diperankan oleh Masayu Anastasia. Persiapan yang dilakukan oleh Masayu untuk memerankan karakter ini tidaklah biasa. Sebagai syarat penerimaan peran, Masayu melakukan pendekatan unik dengan ular, salah satu elemen kunci dalam cerita film ini.

Proses ini tidak hanya mengharuskan Masayu untuk mengatasi ketakutannya, tetapi juga untuk memahami lebih dalam tentang perilaku dan sifat ular sebagai hewan melata yang misterius.  "Itu seekor ular piton, jenis sanca yang pendek, sudah cukup berat. Bisa dibayangkan betapa beratnya saat di lokasi syuting menggunakan ular yang lebih besar dan dalam jumlah banyak," ujar Masayu Anastasia.

Dalam proses persiapannya, Masayu tidak hanya mempelajari tentang cara memegang ular dengan benar, tetapi juga mengembangkan kedekatan emosional dengan hewan-hewan tersebut untuk memberikan penampilan yang meyakinkan dalam film.

Kerja Sama Indonesia-Malaysia dalam Produksi

Kerja sama antara Indonesia dan Malaysia dalam produksi film Paku Tanah Jawa membawa dampak yang signifikan bagi industri perfilman kedua negara. Kolaborasi ini tidak hanya menjanjikan variasi dalam sudut pandang dan pengalaman kreatif, tetapi juga membuka peluang baru dalam hal distribusi dan penetrasi pasar.

"Saya sangat berharap film ini disukai oleh penonton di Indonesia karena ceritanya yang sangat menarik dan akting para pemainnya yang sangat apik," kata Datuk KK Chua dari Armani Entertainment. Dengan adanya kerja sama seperti ini, industri perfilman di kedua negara dapat saling menguntungkan dan memperluas cakupan pengaruh mereka di tingkat internasional.

Paku Tanah Jawa tidak hanya menawarkan hiburan yang menegangkan, tetapi juga menyuguhkan cerita yang mendalam dan akting yang memukau dari para pemainnya. Dengan kolaborasi lintas negara yang menghasilkan karya seni yang kuat dan bermakna, film ini diharapkan dapat menjadi tonggak baru dalam kemajuan industri perfilman di Indonesia dan Malaysia serta memberikan kontribusi positif bagi budaya dan seni perfilman secara luas.