Dowa Juseyo Rilis Teaser Trailer dan Poster Perdana, Angkat Horor dan Isu Sosial
Tim Teaterdotco - Senin, 17 Februari 2025 08:26 WIBProduksi perdana dari rumah produksi Heart Pictures, film horor Dowa Juseyo, akhirnya merilis teaser trailer dan poster perdana yang mengundang decak kagum. Rilis ini menjadi sorotan setelah akun media sosial resmi film tersebut membagikan cuplikan berdurasi 1 menit 30 detik pada Jumat (14/2/2025). Film yang menggabungkan ketegangan horor dengan kritik sosial ini menjanjikan pengalaman menonton yang mendebarkan sekaligus bermakna.
Sinopsis Menegangkan: Teror dari Legenda Urban Busan
Teaser trailer memperkenalkan Tania (diperankan oleh Saskia Chadwick), seorang mahasiswi Indonesia yang mengikuti program pertukaran pelajar ke Busan, Korea Selatan. Awalnya, perjalanannya terlihat menyenangkan, hingga ia dihadapkan pada teror misterius dari legenda urban setempat. Adegan-adegan cepat dalam trailer menunjukkan Tania berlari ketakutan, wajahnya berubah menyeramkan saat kerasukan, serta kehadiran sosok misterius yang mengancam nyawanya. Beberapa karakter pendukung juga diperkenalkan, meski peran mereka masih menjadi teka-teki.
Visual dan efek khusus dalam teaser ini langsung menyedot perhatian. Salah satu momen paling menegangkan adalah ketika Tania, dengan mata menghitam dan ekspresi mengerikan, berteriak dalam bahasa Korea: "Dowa Juseyo!" (Tolong saya!). Adegan ini menguatkan kesan bahwa film ini tidak hanya mengandalkan jumpscare, tapi juga membangun atmosfer psikologis yang mencekam.
Lebih dari Sekadar Film Horor: Kritik Sosial dan Pesan Kemanusiaan
Menurut Herty Purba, Executive Producer Heart Pictures, Dowa Juseyo dirancang untuk memberikan lebih dari sekadar tontonan horor. “Kisah ini adalah tentang perjuangan mencari keadilan dan keberanian melawan ketakutan. Kami juga menyisipkan isu sosial seperti perundungan dan kekerasan seksual yang masih relevan dengan kehidupan banyak orang,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Pernyataan Herty sejalan dengan cuplikan adegan dalam trailer yang memperlihatkan Tania menjadi korban perundungan oleh teman-teman sekampusnya. Hal ini mengindikasikan bahwa konflik dalam film tidak hanya datang dari dunia supernatural, tetapi juga dari realitas kehidupan sehari-hari.