Dinilai Terlalu Vulgar, LSF Minta Poster Film Pabrik Gula Direvisi
Tim Teaterdotco - Jumat, 10 Januari 2025 09:37 WIBPoster film Pabrik Gula menuai kritik tajam di media sosial setelah dianggap terlalu vulgar oleh warganet. Poster tersebut pertama kali dibagikan melalui akun resmi media sosial MD Pictures pada Selasa, 7 Januari 2025.
Dalam gambar tersebut, tampak seorang wanita berpakaian minim duduk di atas seorang pria, dikelilingi bayangan hitam yang menciptakan kesan misterius. Namun, elemen ini justru memicu kontroversi karena dianggap tidak mencerminkan genre film horor yang diusung.
Sejumlah warganet mengomentari desain poster tersebut. "Rumornya film ini tayang lebaran, tapi dari teaser posternya udah erotis banget," tulis akun @r**ords. Sementara itu, akun lain @vbit*ich menambahkan, "Hmmm, gimmick dulu biar rame terus nanti diganti atau beneran posternya ini?"
Film Horor dengan Kisah Nyata
Pabrik Gula merupakan film horor garapan sutradara Awi Suryadi yang dijadwalkan tayang pada 2025. Ceritanya diadaptasi dari kisah nyata yang sempat viral di media sosial X (sebelumnya Twitter). Meski alur cerita menarik perhatian, poster promosi film ini justru menjadi sorotan negatif.
LSF: Poster Film Pabrik Gula Harus Direvisi
Wakil Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), Noorca Marendra Massardi, mengungkapkan bahwa poster tersebut belum mengantongi Surat Tanda Lulus Sensor (STLS). LSF baru menerima materi promosi dari MD Pictures pada Senin, 6 Januari 2025. Proses evaluasi biasanya membutuhkan waktu tiga hari sebelum keputusan dikeluarkan.
"Hari ini, Rabu, 8 Januari 2025, kami putuskan poster tersebut harus direvisi," tegas Noorca.
Ia menambahkan, poster yang belum lolos sensor tidak boleh dipublikasikan, baik di bioskop, baliho, maupun media publik lainnya. Sayangnya, MD Pictures lebih dulu menayangkan poster ini di media sosial sebelum menunggu keputusan resmi dari LSF.
Media Sosial di Luar Ranah LSF
Menurut Noorca, poster yang beredar di media sosial tidak termasuk dalam pengawasan langsung LSF. "Kalau ditampilkan di ruang publik, baliho, atau bioskop, itu harus mendapat surat. Tapi untuk media sosial, itu di luar ranah kami," jelasnya.
Kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi pihak produksi film untuk lebih berhati-hati dalam merilis materi promosi, terutama yang melibatkan platform digital. Kini, publik menunggu bagaimana revisi poster Pabrik Gula akan memenuhi standar sensor sekaligus menjaga daya tarik promosi film.